kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.157   -23,10   -0,32%
  • KOMPAS100 1.099   -4,25   -0,38%
  • LQ45 870   -5,34   -0,61%
  • ISSI 220   0,66   0,30%
  • IDX30 444   -3,10   -0,69%
  • IDXHIDIV20 536   -2,26   -0,42%
  • IDX80 126   -0,51   -0,40%
  • IDXV30 134   -0,78   -0,58%
  • IDXQ30 148   -0,54   -0,36%

Masyarakat Kelas Menengah Banyak Turun Kasta, Emiten Ritel Kena Imbasnya?


Minggu, 01 September 2024 / 16:30 WIB
Masyarakat Kelas Menengah Banyak Turun Kasta, Emiten Ritel Kena Imbasnya?
ILUSTRASI. Karyawan kelas menengah berjalan kaki saat jam makan siang di kompleks perkantoran Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (27/2). Jumlah masyarakat kelas menengah di tanah air terus turun, apakah emiten ritel terkena imbasnya?


Reporter: Rashif Usman | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kelompok masyarakat kelas menengah saat ini sulit untuk melompat maju menuju kelas atas, bahkan rentan jatuh ke jurang kemiskinan. 

Ini tercermin dari modus atau nilai yang paling sering muncul dari pengeluaran penduduk kelas menengah yang cenderung lebih dekat ke batas bawah pengelompokan dan semakin mendekati batas bawahnya.

BPS mencatat pada 2014, kelompok menengah pada tahun tersebut merupakan masyarakat dengan kelompok pengeluaran Rp 1.059.573 - Rp 5.146.495, sedangkan modus dari kelompok tersebut ialah Rp 1.708.900. 

Kemudian pada 2024, masyarakat tergolong kelompok menengah ialah kelompok dengan pengeluaran Rp 2.040.262 - Rp 9.909.844, sedangkan modusnya ialah Rp 2.056.494.

BPS juga mencatat, jumlah kelas menengah terus menurun dalam 10  tahun terakhir. Pada 2019 masyarakat kelas menengah mencapai 57,33 juta, kemudian turun menjadi 53,83 juta pada 2021.

Baca Juga: Proporsi Setoran Pajak Kelas Menengah dan Orang Kaya RI Hampir Setara

Selanjutnya, jumlah masyarakat kelas menengah juga tercatat kembali turun pada 2022 menjadi 49,51 juta, turun pada 2023 menjadi 48,27 juta, dan pada 2024 turun menjadi 47,85 juta.

Adanya sentimen kelas menengah yang semakin banyak turun kasta pun dinilai bisa memengaruhi kinerja pada sektor emiten ritel.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo menyampaikan emiten ritel pada segmen menengah ke bawah akan paling terdampak dengan fenomena ini. Sementara, untuk emiten ritel segmen menengah atas dinilai cenderung lebih stabil.

"Emiten seperti PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) bisa jadi kena dampak negatifnya. Tetapi seperti PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) atau PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA) yang cenderung ke middle up masih bisa bertahan," ujar Azis kepada Kontan, Jumat (30/8).

Azis juga menyoroti bahwa emiten ritel lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi daya beli masyarakat yang sepenuhnya belum recovery, di mana pertumbuhannya cenderung melambat.

"Bahkan faktor pemilihan umum pun belum bisa menaikkan signifikan konsumsi masyarakat," ujarnya.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menilai bahwa emiten seperti PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) masih tahan banting di tengah tantangan kelas menengah yang saat ini sulit menuju ke kelas atas.

"Kedua emiten ini masuk defensif sektor," ujar Nafan kepada Kontan, Jumat (30/8).

Nafan menyampaikan bahwa kinerja ERAA dan MAPI terbukti mampu mempertahankan performa penjualannya, di mana penjualannya juga dipengaruhi oleh faktor musiman daya beli.

"Faktor musiman misalnya penjualan Lebaran, Natal dan Tahun baru atau biasanya discount sales ini jadi katalis positif emiten-emiten yang tahan banting," ucapnya.

Sementara itu, Head Customer Literation and Education PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi berpandangan turunnya kelas menengah saat ini merupakan dampak dari kebijakan moneter dan fiskal di dalam negeri. Kondisi inilah yang pada akhirnya membuat daya beli masyarakat turun dan berdampak pada emiten ritel.

"Pada akhirnya, daya beli masyarakat kelas menengah ini akan tergerus dan berdampak pada emiten-emiten ritel karena cenderung mengalihkan atau penurunan alokasi pada konsumsi non primer," kata Audi kepada Kontan, Jumat (30/8).

Audi berpendapat emiten ritel yang masih tahan banting dengan adanya fenomena ini ialah PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT). Tercatat, kinerja AMRT hingga semester I-2024 masih membukukan laba bersih mencapai Rp 1,8 triliun atau tumbuh 11% yoy. Selain itu, asing juga masih membeli saham ini yang tercatat mencapai Rp 1,4 triliun year to date (ytd).

Kemudian, untuk emiten yang terdampak negatif dari sentimen ini ialah sektor ritel non primer, seperti MAPI, LPFF dan MAPA. Ini terlihat dari pertumbuhan laba bersih yang melambat pada semester I-2024.

Meski demikian, ia menyebutkan ada beberapa emiten ritel non primer yang menunjukkan kinerja positif seperti PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) yang labanya tumbuh 20,94% yoy, didorong kenaikan Same Store Sales Growth (SSSG) atau pertumbuhan rata-rata tiap toko.

Tercatat, ACES mencatatkan pertumbuhan SSSG sebesar 4,6% yoy di Juli 2024. Raihan SSSG di bulan Juli berkontribusi terhadap angka ytd SSSG ACES menjadi 9,8% YoY.

Selanjutnya ada ERAA dengan laba bersih yang tumbuh 14,15% yoy dengan aktif ekspansi pembukaan gerai di sepanjang semester I-2024 mencapai 123 gerai baru dari target 200 di tahun 2024.

Rekomendasi netral masih diberikan untuk sektor ritel non primer. Audi pun merekomendasikan buy untuk saham AMRT dengan target harga Rp 3.650, buy ACES dengan target harga Rp 975 dan buy MAPI dengan target harga Rp 1.700.

Kemudian, Nafan merekomendasikan untuk accumulative buy saham ERAA dengan target harga Rp 440 dan accumulative buy saham MAPI dengan target harga Rp 1.490.

Sementara itu Azis merekomendasikan buy MAPI dengan target Rp 1.675 dan buy MAPA dengan target Rp 940.

Baca Juga: Doyan Belanja, Kelas Menengah Dianggap Paling Besar Dorong Ekonomi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×