Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Grup Astra terus melebarkan kerajaan bisnisnya. Setelah sukses berbisnis jalan tol dan properti, Astra merambah sektor konstruksi. Kali ini, Astra menancapkan gurita bisnisnya melalui PT United Tractors Tbk (UNTR). Anak usaha Grup Astra yang menjalankan bisnis alat berat dan pertambangan itu akan mencaplok PT Acset Indonusa Tbk (ACST).
Sekadar informasi, ACST menggarap konstruksi proyek-proyek besar di Jakarta. Sebut saja Pacific Place, Gandaria City, Kota Kasablanka dan Taman Anggrek Residences. UNTR dan dua pemegang saham ACST: PT Loka Cipta Kreasi dan PT Cross Plus Indonesia telah meneken memorandum of understanding (MoU) tentang jual beli saham. UNTR akan membeli 250,5 juta saham ACST milik Loka Cipta dan Cross Plus atau setara 50,1% total saham ACST. UNTR akan mengambil langsung atau melalui anak usaha yang ditunjuk.
"Kami sudah menyiapkan satu anak usaha yang nanti mengendalikan ACST," ujar Sara K Loebis, Sekretaris Perusahaan UNTR, kepada KONTAN, Rabu (15/10).
Dus, UNTR akan menjadi pengendali baru ACST. Konsekuensinya, UNTR akan melakukan penawaran tender (tender offer). Saat ini kedua pihak masih bernegosiasi soal jumlah saham, harga jual saham, cara pengambilalihan, jadwal pelaksanaan dan penutupan transaksi. Seluruh pembelian saham itu menggunakan dana kas internal UNTR. UNTR atau anak usaha UNTR akan mengambilalih secara langsung saham ACST sesuai harga yang disepakati.
UNTR menargetkan transaksi rampung sebelum tutup tahun ini. "Paling tidak penentuan rentang harga dan penyelesaian transaksi bisa selesai di akhir tahun, baru nanti tender offer," ujar Sara.
Bila mengacu rata-rata harga tertinggi saham ACST dalam 25 hari terakhir, yakni Rp 3.490 per saham, nilai transaksi itu sekitar Rp 874,24 miliar. Saat ini UNTR memiliki tiga lini bisnis: berat, batubara dan kontraktor pertambangan. Dengan mengendalikan ACST, konstruksi menjadi lini bisnis keempat UNTR.
Sara bilang, bisnis konstruksi sudah menjadi incaran UNTR sejak lama. Ini bentuk diversifikasi bisnis untuk mendukung kegiatan usaha utama UNTR. UNTR juga tak ingin kehilangan momentum, mengingat Indonesia tengah getol menggarap infrastruktur. Sementara ACST semakin kuat karena dikendalikan Grup Astra. "Jika transaksi selesai tahun depan, laporan keuangan ACST langsung terkonsolidasikan ke UNTR," kata Sara. Manajemen ACST optimistis dengan transaksi ini.
"Dengan dimiliki grup besar, kami akan lebih mudah mendapatkan proyek," kata Agustinus Hambadi, Direktur Keuangan ACST. Inav Haria Chandra, analis Sucorinvest Central Gani, menilai, wajar jika UNTR ingin melakukan diversifikasi bisnis. Soalnya, sepanjang tahun ini bisnis batubara masih meredup.
Sektor batubara diprediksi belum pulih dalam waktu dekat. "Sementara konstruksi akan membaik pada tahun depan. Sehingga eksposur risiko dari batubara akan berkurang," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News