kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masih Dibayangi Penyebaran Omicron, Begini Proyeksi IHSG Senin (10/1)


Minggu, 09 Januari 2022 / 15:16 WIB
Masih Dibayangi Penyebaran Omicron, Begini Proyeksi IHSG Senin (10/1)
ILUSTRASI. Proyeksi pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada Senin (10/1)


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang pekan pertama 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkerek 1,82% dibandingkan harga penutupan tahun 2021 di 6.581,48. IHSG  ditutup naik 0,72% ke level 6.701,31 pada perdagangan Jumat (7/1). Memasuki pekan kedua 2022, IHSG masih berpeluang untuk melanjutkan kenaikan pada Senin (10/1).

Analis Teknikal MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memproyeksikan IHSG pada Senin (10/1) besok bisa mencapai level resistance di 6.755 dan support di 6.647. Ada sejumlah faktor yang ditaksir bisa berdampak kepada pasar, termasuk dalam hal penanganan kasus covid-19 varian Omicron yang mengalami kenaikan kasus kendati belum terlampau agresif.

"Pasar juga mencermati rilis data penjualan sepeda motor dan mobil, serta data inflasi dari Amerika Serikat," kata Herditya saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (9/1).

Sementara itu, analis Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya memperkirakan IHSG bergerak dalam kisaran 6.730-6.650 pada besok. Untuk pasar domestik, Cheryl mengungkapkan bahwa pasar menantikan hasil evaluasi kebijakan pemerintah terkait larangan ekspor batubara.

Baca Juga: Simak Sentimen yang Bakal Menggerakkan IHSG Pada Pekan Ini

"Diharapkan perusahaan yang sudah memenuhi DMO (Domestic Market Obligation) bisa diperbolehkan untuk ekspor," ujar Cheryl.

Sedangkan Analis Phillips Sekuritas, Helen, menyebut, berdasarkan analisa teknikal, proyeksi IHSG berada pada rentang 6.660-6.725 untuk besok.

Beberapa faktor yang bisa mempengaruhi IHSG antara lain perkembangan kasus varian Omicron, kenaikan harga komoditas tambang, serta masuknya dana asing ke bursa. "Namun juga ada katalis yang bisa berpengaruh negatif seperti tapering The Fed," ujar Helen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×