Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penawaran Obligasi Negara Ritel Indonesia (ORI) seri ORI018 laris manis. Ini terbukti dari jumlah pemesanan ORI018 berhasil lampaui target penjualan pemerintah dan para mitra distribusi di hari terakhir masa penawaran, Rabu (21/10).
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Deni Ridwan memaparkan, total pemesanan ORI018 mencapai lebih dari Rp 12 triliun. Angka tersebut lebih tinggi dari target pemerintah di Rp 10 triliun.
Para mitra distribusi juga berhasil menjual ORI018 di atas target mereka. Direktur Konsumer BRI Handayani menargetkan penjualan ORI018 di Rp 500 miliar. Hasilnya, BRI berhasil menjual ORI018 sebesar Rp 1,1 triliun.
Baca Juga: Penjualan ORI018 mencapai Rp 11,51 triliun hingga Selasa (20/10) sore
Deputy General Manager Divisi Wealth Management BNI Widi Hantono juga mencatat penjualan ORI018 yang mentereng. Buktinya, penawaran yang masuk ke perbankan BUMN ini capai Rp 1,06 triliun. Jumlah tersebut lebih tinggi 260% dari indikasi target kuota yang BNI ajukan ke kementerian keuangan.
Widi bilang, ORI018 berhasil diminati hingga melampaui target penjualan karena surat utang ritel ini bisa memberikan kepastian imbal hasil di tengah fluktuasi pasar yang tinggi dan belum pastinya kondisi ekonomi akibat pandemi Covid-19.
"Investor cenderung akan mencari instrumen investasi yang aman dari risiko default, memberikan imbal hasil yang cukup tinggi dan likuid," kata Widi, Rabu (21/10). Tak heran bila ORI018 menjadi salah satu pilihan utama investor karena bisa memberikan keuntungan tersebut.
Belum lagi, tawaran kupon ORI018 yang dianggap menarik karena capai 5,7%, angka ini lebih tinggi dari bunga deposito.
Terkait minat investor baru, Widi mencatat terdapat 30% single investor identification (SID) yang sebelumnya belum pernah bertransaksi obligasi ritel di BNI.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail mengatakan investor memburu ORI018 karena tertarik dengan kupon yang lebih tinggi dari bunga deposito. Berdasarkan Pusat Informasi Pasar Uang (PIPU) Bnak Indonesia per Selasa (20/10) bunga deposito paling tinggi di bank saat ini 5,63% dengan jangka waktu 12 bulan.
Dari awal tahun hingga Oktober Bank Indonesia (BI) sudah menurunkan suku bunga acuannya sebesar 2%. Ke depan suku bunga acuan BI juga diproyeksikan masih akan turun karena inflasi masih rendah. Tren penurunan suku bunga saat ini dampaknya membuat bunga deposito semakin mengecil. Sementara, likuiditas di perbankan masih tinggi.
Alhasil, investor lebih memilih ORI018 yang menawarkan kupon lebih tinggi. "Kupon ORI018 cukup tinggi ini yang menarik bagi investor," kata Mikail.
Baca Juga: Sehari sebelum tutup, penjualan ORI018 mencapai Rp 8,8 triliun
Di November pemerintah berencana untuk menerbitkan obligasi ritel kembali dengan seri ST007. Mikail memproyeksikan kupon ST007 akan lebih rendah dari kupon ORI018 karena pergerakan yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun cenderung menurun. Rabu (21/10) yield SUN berada di level terendah di 6,58%.
Meski kupon menurun, Mikail memproyeksikan minat investor pada obligasi ritel akan tetap ramai. Walaupun tidak dipungkiri penjualan obligasi ritel ke depan cenderung selalu lebih rendah dari obligasi ritel yang sudah-sudah.
"Turn over likuiditas di pasar akan semakin ketat itu yang menyebabkan penjualan ORI018 tidak bisa melebihi penjualan SR013 di September yang mencapai Rp 25 triliun," kata Mikail. Jika pada deposito investor sudah menerima likuiditas kembali dalam satu tahun, sementara di obligasi ritel lebih lama di dua hingga tiga tahun.
Selanjutnya: Pemerintah menilai minat masyarakat terhadap sukuk ritel SWR001 cukup tinggi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News