Reporter: Muhammad Khairul | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Krisis Eropa menekan kinerja PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA). Produsen ban bermerek Achilles, Corsa, dan Strada itu akhirnya memangkas target produksi tahun ini.
Multistrada menurunkan target penjualan ban mobil dan ban motor menjadi masing-masing 7,5 juta unit dan 3,8 juta unit di 2012. Proyeksi awal penjualan adalah 10 juta unit untuk ban mobil, dan 5 juta untuk ban motor.
Uthan M. Arief, Direktur Multistrada, pernah menyatakan, ekspor ban Multistrada ke Eropa, turun sekitar 3%. Sejauh ini, ekspor ke Amerika Serikat (AS) relatif stabil. Sedang ekspor ke kawasan ASEAN, Afrika, dan Timur Tengah, masih naik. Jadi, meski pasar Eropa menyusut, Multistrada optimistis, ekspor tahun ini tumbuh 30%.
Analis Ciptadana Securities, Mitchel Jauwanto, berpendapat bisnis MASA tak pindah dari jalur yang mulus. "Sejauh ini sales value masih on track dengan proyeksi. Perusahaan menargetkan penjualan 7,5 juta unit ban mobil di 2012, dan saya menargetkan 7,7 juta unit. Dari selisih volume itu masih on track," terang dia.
Mitchel memperkirakan, penurunan ekspor ke Eropa bisa dikompensasi dengan volume penjualan ke kawasan Asia dan Amerika. Di kuartal I-2012, Multistrada mengekspor ban ke Amerika sebesar 19% dari total produksi atau setara kawasan Eropa.
Sedangkan penjualan ke Asia Pasifik, di luar Jepang, Indonesia, dan Australia, sebesar 7% dari total produksi. Ekspor ke Jepang sebesar 4%, Australia sebesar 6%, Afrika 7%, dan Timur Tengah 13%. Sedangkan total ekspor selama 2011 mencapai 82,17% produksi.
Mitchel menilai gross margin Multistrada cukup stabil. Pada 2011 besarnya 18,6%, sedangkan tahun ini ditaksir 18%-20%. "Dengan produksi saat ini, mereka masih bisa sustain target gross margin di 17%-19%," ungkap dia.
Analis Mandiri Sekuritas, Maria Renata, dalam risetnya, memprediksi gross margin Multistrada, tahun ini menguat. Proyeksi itu didukung harga karet yang stabil di kisaran US$ 3,8 hingga US$ 4,0 per kilogram. Harga itu di bawah biaya rata-rata yang dikeluarkan Multistrada yang senilai US$ 5,0 per kg.
Mitchel mengingatkan, faktor yang perlu dicermati pengelola Multistrada adalah fluktuasi nilai tukar valuta. Dengan tren penguatan dollar AS terhadap rupiah, beban utang dalam bentuk dollar AS akan terlihat besar ketika dikonversikan ke dalam rupiah pada pembukuan.
Ini yang dia sebut sebagai unrealized foreign exchange lost. "Mungkin di kuartal kedua ada tekanan dari unrealized forex lost. Tapi kalau dilihat dari operasional seharusnya tidak ada masalah," ungkap dia.
Soal peta bisnis, Multistrada dinilai lebih sulit menghadapi ketatnya persaingan pasar domestik. "Indonesia cukup brand minded. Jadi membutuhkan usaha dan waktu agar orang berpindah dari para pemain besar lainnya di industri ini," ungkap Mitchel.
Maria merekomendasikan neutral MASA dengan target Rp 540 per saham. Yuniv Trenseno, analis OSK Securities juga di posisi neutral dengan target Rp 510 per saham.
Adapun Mitchel merekomendasi buy dengan target Rp 820 per saham, yang mencerminkan price to earning ratio (PER) 18,67 kali. Harga saham MASA, Rabu (4/7), turun 4,81% menjadi Rp 495 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News