kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Masa depan batubara AS suram


Senin, 25 Mei 2015 / 21:09 WIB
Masa depan batubara AS suram
ILUSTRASI. Harga crude palm oil (CPO) masih tertekan di bulan Desember 2023. ANTARA/Muhammad Izfaldi/foc.


Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Tergerusnya penggunaan batubara di Amerika Serikat tidak hanya berdampak pada perusahaan tambang batubara tapi juga pada harga batubara di pasar global.

Mengutip Bloomberg, Jumat (22/5) harga batubara kontrak pengiriman Juni 2015 di ICE Futures Europe tercatat bergerak stagnan di level US$ 57,05 per metrik ton sama dengan hari sebelumnya. Pada Senin (25/5) pasar Eropa tidak melakukan perdagangan. Begitu pun dalam sepekan terakhir harga batubara merosot 1,70%.

Negeri Paman Sam pun sedang menggiatkan hal yang sama. Ini tertera dari pernyataan Presiden AS Barrack Obama pada Jumat (22/5). Lewat rencana perubahan iklim tersebut Obama menyatakan AS siap menurunkan penggunaan batubaranya.

Padahal menurut data EIA bulan Februari 2015 saja penggunaan batubara AS untuk pembangkit tenaga listrik hanya tinggal 37%. Angka ini menurun drastis dari sebelumnya 50% di tahun 2007.

“Giatnya negara-negara konsumen batubara global menghindari penggunaan batubara berimbas pada produksi batubara Indonesia,” kata Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures.

Untuk periode Januari – April 2015 produksi batubara Indonesia hanya 130 juta ton atau lebih rendah 11,56% dari periode yang sama di tahun 2014.

Minimnya penggunaan batubara menyebabkan perusahaan-perusahaan tambang batubara terseret kerugian yang besar. Ini terlihat dari kapitalisasi pasar perusahaan tambang AS yang terpuruk sekitar US$ 19,4 miliar dari sebelumnya mencapai US$ 78 miliar di tahun 2011. Efeknya, salah satu produsen batubara terbesar kedua di AS, Alpha Natural Resources Inc, berencana menghentikan operasinya di West Virginia.

Menurut Deddy, produksi ini memang ditekan untuk menghindari kerugian yang terjadi di perusahaan penambangan batubara. Harga batubara dari tahun ke tahun terus terpuruk dan belum terlihat adanya perbaikan di masa mendatang. “Sulit berharap terjadi kenaikan bagi harga batubara dalam waktu dekat,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×