kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Marak emisi obligasi akan diimbangi permintaan


Rabu, 25 Oktober 2017 / 21:19 WIB
Marak emisi obligasi akan diimbangi permintaan


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Maraknya penerbitan obligasi korporasi diperkirakan akan diimbangi dengan penyerapan oleh investor.

Analis Obligasi BNI Sekuritas Ariawan mengatakan, penyerapan obligasi korporasi akan mengikuti pertambahan penerbitan obligasi. Pertimbangannya, obligasi yang akan jatuh tempo tahun ini cukup besar yaitu Rp 60 triliun. "Jumlah tersebut bisa jadi sumber demand dari investor obligasi," kata Ariawan, Selasa (24/10).

Belum lagi, Ariawan melihat pertumbuhan aset baik dari aset manajemen, dana pensiun, dan asuransi meningkat, sehingga menambah potensi permintaan terhadap obligasi.

Selain itu, Ariawan menyebut, saat ini investor institusi perbankan sudah mulai melirik obligasi korporasi. "Oleh karena itu dari sisi demand cukup besar dan obligasi yang terbit tahun depan mampu diserap pasar," kata Ariawan.

Mulai tertariknya perbankan pada obligasi korporasi, karena dibandingkan obligasi pemerintah, tingkat imbal hasil obligasi korporasi lebih menarik.

Mengenai likuiditas, Ariawan melihat, saat ini likuiditas obligasi korporasi lebih baik dari tahun sebelumnya, karena semakin ramainya penerbitan. "Ini membuat perbankan melirik obligasi korporasi, ditambah rencana pemerintah yang memperhitungkan corporate bond BUMN bisa dianggap sebagai obligasi pemerintah dalam kewajiban kepemilkan," paparnya.

Sementara, Anil Kumar, Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia mengatakan, penyerapan penerbitan obligasi korporasi akan tergantung dari tawaran imbal hasil. "Selama imbal hasil menarik, pasti akan ada saja dari institusi atau dana pensiun yang beli," katanya, Rabu (25/10).

Nmaun, lanjut Anil, tetap obligasi pemerintah yang akan lebih banyak diserap pasar dibandingkan obligasi korporasi. "Likuiditas obligasi korporasi tak selikuid obligasi pemerintah," kata Anil.

Mengenai peraturan yang akan segera dirampungkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai obligasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai surat utang negara (SUN), Anil mengatakan hal tersebut tidak akan menurunkan pamor obligasi korporasi. Memang selama ini obligasi yang dikeluarkan BUMN selalu lebih diminati daripada obligasi korproasi non BUMN.

Namun, kembali lagi pada imbal hasil yang obligasi tersebut tawarkan. Selama, selisih keuntungan obligasi korproasi menggiurkan, investor bisa saja beralih ke obligasi korporasi non BUMN. "Kalau imbal hasil cuma berbeda 10-20 basis poin (bps) investor tetap di obligasi korporasi BUMN, tapi kalau bedanya 50-60 bps orang pindah ke obligasi korporasi non BUMN," kata Anil.

Ariawan memprediksi, potensi penerbitan obligasi korporasi tahun 2017 bisa mencapai Rp 150 triliun. Alasannya, obligasi berkelanjutan yang belum diterbitkan masih cukup besar belum lagi ditambah obligasi baru yang akan terbit.

Sementara Anil mengatakan selama suku bunga lebih rendah dari pada suku bunga pinjaman bank, maka korporasi akan selalu menerbitkan obligasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×