Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Unjuk rasa yang berakhir rusuh di beberapa wilayah di tanah air membuat persepsi investor terhadap risiko investasi Indonesia memburuk.
Hal ini tercermin dari credit default swap (CDS) yang bergerak naik. Selasa (24/9), CDS tenor 10 tahun naik 556 basis poin (bps) ke level 159,41. Padahal di pekan lalu, level CDS masih di 147,40
Head of Research Infovesta Wawan Hendrayana mengatakan semakin tinggi level CDS maka minat investor asing untuk melirik obligasi dalam negeri akan menurun.
"Risiko investasi yang meningkat bisa karena kondisi ekonomi dan politik, demo yang terjadi juga bisa mempengaruhi CDS bergerak naik," kata Wawan, Rabu (25/9).
Baca Juga: Saham emiten tambang rontok pasca RUU Minerba ditunda, ini rekomendasi analis
Selain karena kondisi dalam negeri, faktor eksternal yang mempengaruhi pasar regional juga bisa mempengaruhi CDS naik. Namun, saat ini Wawan meyakini penyebab kenaikan CDS lebih banyak di pengaruhi oleh sentimen dalam negeri.
Sekedar mengingatkan, CDS Indonesia cenderung turun setelah masa pemilu selesai. Namun, CDS kembali naik di tengah data ekonomi dalam negeri yang melemah serta adanya proyeksi dari bank dunia yang mengatakan Indonesia berpotensi mengalami resesi di 2020.
Wawan memproyeksikan level CDS Indonesia baru akan kembali stabil atau menurun setelah Joko Widodo dilantik menjadi presiden dan kabinet terbentuk.
Baca Juga: Hidupkan lagi surat berharga komersial (SBK), BI sempurnakan aturan
"Risiko seringkali disamakan dengan ketidakpastian, sepanjang segala kemungkinan bisa kembali diukur dan isi kabinet Jokowi sudah terbentuk, maka level CDS bisa menurun," kata Wawan.
Sejatinya, dengan Bank Indonesia yang sudah menurunkan suku bunga acuannya, bisa menjadi sentimen positif yang membuat CDS bisa turun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News