kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Manulife Aset (MAMI) Proyeksikan IHSG dan Obligasi Bakal Melaju Kencang di Akhir 2024


Rabu, 14 Agustus 2024 / 22:53 WIB
Manulife Aset (MAMI) Proyeksikan IHSG dan Obligasi Bakal Melaju Kencang di Akhir 2024
ILUSTRASI. IHSG dan obligasi diproyeksi bakal melesat di semester II-2024


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) memproyeksi pasar saham dan obligasi domestik akan melaju usai the Fed memangkas suku bunga acuan. Efek pelonggaran kebijakan moneter bakal membuka keran investasi asing ke Indonesia.

Director & Chief Investment Officer Fixed Income MAMI, Ezra Nazula mengatakan, The Fed dalam rapat FOMC di bulan Juli lalu telah mengindikasikan terbukanya potensi pemangkasan suku bunga di bulan September.

Secara eksplisit, The Fed juga mulai memperhatikan risiko pelemahan sektor tenaga kerja, dan menyatakan ke depannya akan memberikan fokus yang seimbang antara faktor inflasi dan sektor tenaga kerja.

Ezra melihat, meningkatnya optimisme pemangkasan suku bunga The Fed, tecermin di pasar US Treasury (UST), dimana imbal hasil UST tenor pendek turun lebih banyak dibanding tenor panjang. Dan juga, selisih imbal hasil antara tenor 10Y dan 2Y semakin menipis, berada pada level terendah sejak kenaikan Fed Funds Rate (FFR) agresif di tahun 2022.

Perubahan ekspektasi suku bunga juga terlihat dampaknya pada dolar AS (USD) yang mulai melemah terhadap mata uang lainnya. Dimana, indeks dolar yang sebelumnya cukup kuat di angka 105 – 106, sekarang sudah turun ke level 104.

Baca Juga: Laju Harga Komoditas Beragam, Begini Rekomendasi Saham Emiten Energi dan Tambang

Ezra menyebutkan, secara historis pasar saham Asia outperform alias mengungguli pasar saham global pada saat dolar melemah. Sentimen ini pada akhirnya akan meningkatkan arus masuk asing ke wilayah asia termasuk Indonesia.

“Berarti dengan dolar yang melemah, ekspektasinya adalah inflow dana aliran asing ke kawasan Asia termasuk Indonesia,” ujar Ezra dalam acara market update MAMI, Rabu (14/8).

Chief Economist & Investment Strategist MAMI Katarina Setiawan menjelaskan, perubahan ekspektasi The Fed di bulan Juli telah membuat tekanan terhadap Rupiah mulai reda. Hal itu di antaranya terlihat dari investor asing yang kembali mencatat pembelian bersih di pasar saham dan obligasi, setelah tiga bulan berturut-turut mencatat penjualan bersih.

Oleh karena itu, stabilitas Rupiah yang berkesinambungan akan menjadi kunci titik balik sentimen investor di pasar finansial Indonesia. Adapun faktor-faktor yang dapat memengaruhi stabilitas rupiah di antaranya adalah perubahan ekspektasi FFR, pemilu AS, outlook postur RAPBN-2025, stabilitas inflasi domestik, serta kebijakan pemerintah baru.

“MAMI sendiri memperkirakan, Rupiah hingga akhir tahun masih berada di kisaran Rp15.400 – 16.000 per dolar AS,” tutur Katarina dalam kesempatan yang sama.

Menurut Ezra, pasar obligasi mungkin akan merasakan efek langsung dari pemangkasan suku bunga acuan. Dengan adanya pemotongan suku bunga Fed yang diharapkan bakal diikuti Bank Indonesia (BI), maka imbal hasil obligasi berpotensi terus menguat.

Adapun imbal hasil saat ini dianggap masih cukup menarik, di mana selisih imbal hasil SBN 10Y - UST 10Y berada di 288 bps (lebih tinggi dari rata-rata satu tahun sebesar 245 bps). MAMI pun memperkirakan imbal hasil SBN 10 tahun akan berada di kisaran 6,00% – 6,25% hingga akhir tahun ini.

Sementara itu, MAMI memperkirakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan mencapai level 7.800 di akhir tahun 2024. Adapun risiko negatif yang perlu dicermati diantaranya adalah eskalasi mendadak konflik geopolitik dunia, potensi resesi AS, serta kebijakan fiskal domestik.

“Seiring siklus penurunan suku bunga, kondisi akan berubah dan membuat pasar saham kembali atraktif dilihat dari sudut pandang risk-return yang ditawarkan,” imbuh Samuel Kesuma selaku Chief Investment Officer Equity MAMI.

Dia menambahkan, apalagi dengan adanya harapan kebijakan pro pertumbuhan pemerintahan baru turut berpotensi meningkatkan minat investor. Terutama dari investor asing yang sudah lebih dulu berinvestasi ke pasar dan membuat posisi arus dana asing kembali positif.

Baca Juga: IHSG Diproyeksi Lanjutkan Penguatan, Cek Saham Rekomendasi Analis untuk Kamis (15/8)

Samuel mencermati, beberapa sektor saham yang bisa menjadi pertimbangan disaat siklus pemangkasan suku bunga diantaranya finansial, telekomunikasi dan consumer staples. Sektor finansial berpotensi diuntungkan oleh arus dana asing karena merupakan big caps dan juga likuiditas perbankan mulai terlihat stabil.

Sektor selanjutnya adalah telekomunikasi, baik itu perusahaan penyedia jasa (operator) maupun menara (tower) karena sektor telko dari sisi valuasi dipandang masih tetap menarik. Dan terakhir adalah sektor consumer staples atau yang lebih dikenal dengan FMCG (fast-moving consumer goods), yaitu sektor-sektor yang memproduksi barang-barang kebutuhan harian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×