Reporter: Djumyati Partawidjaja, Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pasar saham domestik masih rentan gonjang-ganjing. Hal ini pula yang menyebabkan Mandiri Sekuritas (Mansek) kembali memangkas target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir 2015.
Mansek berencana menurunkan target IHSG di akhir tahun ini, dari target semula 5.450. Revisi diperkirakan keluar dua hingga tiga pekan mendatang.
Bila rencana itu terwujud, Mansek dua kali mengoreksi target IHSG. Sebelumnya, pada Maret silam, Mansek merevisi target IHSG akhir 2015 menjadi 5.450 dari sebelumnya 6.350.
Kepala Riset Mansek John Daniel Rachmat menilai perubahan itu dapat terjadi jika kondisi fundamental ekonomi Indonesia tak stabil sehingga Standard & Poor's (S&P) memutuskan enggan menaikkan peringkat kredit Indonesia alias masih di level BB+ atau satu level di bawah investment grade.
Mansek baru saja mendatangi lembaga pemeringkat global tersebut di Singapura. Dari pembicaraan itu, terungkap bahwa S&P tidak menaikkan peringkat kredit Indonesia karena fundamental ekonomi Indonesia belum konsisten.
Maret lalu, Mansek memperkirakan IHSG di bulan Juli tahun ini bisa ke posisi 5.800. Perkiraan itu mempertimbangkan faktor S&P akan mengerek peringkat kredit Indonesia. Juga defisit perdagangan juga berkurang.
Nyatanya tidak. Karena itu, Mansek memperkirakan posisi 5.800 di Juli nanti tidak tercapai. "Kami akan merevisi turun target IHSG Juli tersebut. Lantas, merevisi turun target IHSG pada akhir tahun ini," kata John, Kamis (23/4).
Dia memperkirakan, IHSG akan reli pada Juli dan Agustus bila rupiah terus stabil dan pasar saham Amerika Serikat positif ditandai berkurangnya tingkat pengangguran. Adapun sentimen positif domestik yang bisa mengangkat indeks adalah jika BI rate dipangkas 25 bps menjadi 7,25%. Setelah reli, IHSG akan terkoreksi pada Agustus dan cenderung sideways hingga akhir 2015.
Mengacu data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat kemarin melemah 0,42% menjadi Rp 12.951. John mengatakan pelaku pasar mesti waspada bila rupiah lebih dari Rp 13.300 per dollar AS.
Kelak, revisi target IHSG juga memperhatikan realisasi defisit transaksi berjalan terhadap produk domestik bruto (PDB) kuartal I-2015. Perkiraan Mansek, defisit transaksi berjalan tahun ini sebesar 2,74% terhadap PDB, dikoreksi dari perkiraan sebelumnya 2,8%.
Sektor yang paling riskan menyusut pada tahun ini adalah bisnis properti. Penurunannya bisa sampai 500 bps. Penyebabnya, menurut John, antara lain adalah revisi ketentuan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) dan ancaman audit pajak bagi para pemilik properti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News