kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

MAMI: Pasar obligasi Indonesia tahan banting jika The Fed lakukan pengetatan moneter


Senin, 09 Agustus 2021 / 09:49 WIB
MAMI: Pasar obligasi Indonesia tahan banting jika The Fed lakukan pengetatan moneter
ILUSTRASI. Obligasi.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi Indonesia dinilai punya ketahanan yang baik menghadapi potensi pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan oleh Federal Reserve. Faktor fundamental yang baik, hingga valuasi yang masih menarik menjadikan katalis positif untuk menghadapi potensi tersebut.

Portfolio Manager Fixed Income Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Laras Febriany meyakini normalisasi kebijakan The Fed sudah diantisipasi oleh pasar. Oleh sebab itu, walaupun kebijakan moneter yang lebih ketat berpotensi mengurangi likuiditas global dan memberikan tekanan pada pasar obligasi, pendekatan The Fed yang ultra-gradual diperkirakan akan membuat dampak negatifnya lebih terbatas.

“Kebijakan pengetatan The Fed dan pemulihan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) sudah diperhitungkan dan diterima oleh pasar. Kondisi ini dapat mempengaruhi volatilitas pergerakan imbal hasil US Treasury agar lebih terjaga,” kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Minggu (8/8)

Menurutnya, saat ini pelaku pasar sudah mengekspektasikan kedua hal tersebut. Alhasil, imbas terhadap pasar obligasi Indonesia juga jauh lebih terbatas. Apalagi secara fundamental perekonomian Indonesia semakin membaik seiring indikator ekonomi yang juga mengalami perbaikan. 

Lebih lanjut, Laras menyebut, jika ke depannya terjadi kenaikan yield US Treasury,selama kenaikan tersebut terjadi secara bertahap, maka justru akan memberikan dampak yang konstruktif terhadap perekonomian dan pasar finansial Indonesia.

Baca Juga: Likuiditas pasar obligasi berlimpah, reksadana pendapatan tetap ikut ketiban untung

Selain itu, pasar obligasi Indonesia di tahun ini juga memiliki ketahanan yang baik akibat beberapa faktor positif yang menyelimuti. Laras menjelaskan, secara likuiditas, kondisi saat ini tengah berlimpah akibat perbankan yang belum bisa menyalurkan kredit secara optimal. Lalu, nilai tukar rupiah yang cenderung stabil.

“Apalagi, secara valuasi, obligasi Indonesia masih menarik di mana imbal hasil riil Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi di kawasan. Selain itu, berkurangnya tekanan jual investor asing mengingat kepemilikannya pada obligasi domestik yang sudah cukup rendah (<23%),” imbuh Laras. 

Dengan demikian, Laras optimistis jika ada sentimen yang lebih positif di pasar domestik maupun global, akan berpotensi menggerakkan imbal hasil obligasi pemerintah denominasi rupiah tenor 10 tahun untuk dapat turun lebih dalam dari level saat ini.

Sementara untuk pasar obligasi korporasi, Laras melihat ada kenaikan risiko seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi akibat dampak penerapan PPKM Darurat. Oleh karena itu, pihaknya menerapkan tiga strategi utama untuk meminimalisir risiko kredit pada obligasi korporasi.

Ia membeberkan, pihaknya mengedepankan analisa kredit internal yang ketat meliputi ongoing review dan monitoring. Lalu, menetapkan limitasi pembobotan investasi pada setiap nama emiten sesuai dengan peringkat internal yang diberikan. Terakhir, mengurangi risiko konsentrasi pada sektor tertentu dengan melakukan diversifikasi pada beberapa sektor usaha yang berbeda.

“Sejauh ini strategi investasi yang diterapkan terbukti berhasil memberikan dorongan kinerja yang baik pada portofolio dengan tingkat volatilitas yang relatif rendah. Ke depannya kami akan terus melakukan analisa dampak kondisi ekonomi terhadap emiten obligasi korporasi yang terdapat dalam portofolio,” pungkas Laras.

Selanjutnya: Loyo, rupiah dibuka melemah ke Rp 14.370 per dolar AS pada hari ini (9/8)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×