kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Malaysia pangkas bea masuk, CPO potensi bullish


Minggu, 17 Desember 2017 / 17:17 WIB
Malaysia pangkas bea masuk, CPO potensi bullish


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menghadapi agenda Tahun Baru China tahun depan, pemerintahan Malaysia akan meningkatkan produksi dan mengurangi bea ekspor minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) tahun depan. Hal itu dilakukan demi meraup potensi permintaan. Efeknya, harga minyak sawit di bursa derivatif berpotensi mendaki.

Sepekan terakhir, harga CPO cenderung bergerak naik. Mengutip Bloomberg, Jumat (15/12), harga CPO untuk pengiriman Februari 2018 di Bursa Derivatif Malaysia ditutup naik 2,57% ke level RM 2.518 per ton. Dalam sepekan, harganya sudah naik 1,57%.

Mengutip The Edge Markets, Jumat (15/12), Malaysia akan mengurangi pajak ekspor minyak kelapa sawit bulan Januari mendatang menjadi 5,5% dari Desember ini di level 6%. Pemerintah Malaysia juga telah menyetujui peningkatan produksi tahun 2018 hingga 2,5% karena melihat potensi permintaan yang besar.

Analis PT Asia Tradepoint Futures, Deddy Yusuf Siregar menilai, dengan penurunan beban pajak, pemerintah Malaysia membuka peluang bagi petani dan industri untuk mengejar potensi Tahun Baru China.

"Sebelumnya, ketika beban ekspor tinggi, maka produsen di Malaysia ini akan menahan pengiriman keluar," jelas Deddy kepada KONTAN, Jumat (15/12). Dengan demikian, diperlonggarnya beban pajak akan memperlebar keran ekspor CPO Malaysia.

Langkah ini lantaran mengantisipasi agenda besar pada Februari depan yakni Imlek, di mana permintaan dari China biasanya akan naik. Menurut Deddy, setelah sempat surplus produksi dan kondisi harga sudah diskon, maka sangat umum bila terjadi aksi beli investor.

Ia memperkirakan, kemungkinan besar pembeli China akan mulai aktif di pasar fisik bulan depan, dan di pasar derivatif pada Januari dan Februari akan mencatat transaksi yang ramai.

Atas pertimbangan tersebut, Deddy melihat potensi harga akan melanjutkan tren rebound, namun tidak menutup kemungkinan koreksi lantaran ringgit Malaysia sudah relatif menguat versus dollar AS. Pada November, mata uang Negeri Jiran ini sudah menguat 3,5%. Korelasinya, bila ringgit Malaysia naik, harga akan meninggi dan pasar cenderung bakal mengambil posisi profit taking.

Poryeksi Deddy, Senin (18/12), harga CPO akan melanjutkan penguatan di rentang RM 2.500-RM 2.530 per metrik ton. Sedangkan, sepekan bergerak antara RM 2.460-RM 2.550.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×