kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Makin Diminati, Securities Crowdfunding Dapat Jadi Pilihan Investasi


Senin, 27 Juni 2022 / 05:50 WIB
Makin Diminati, Securities Crowdfunding Dapat Jadi Pilihan Investasi


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penggalangan dana melalui layanan securities crowdfunding (SCF) makin bermunculan. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sejak awal tahun 2022 hingga 3 Juni, tercatat dana yang dihimpun melalui SCF mencapai Rp 507,2 miliar atau melesat 22,75% secara year to date (ytd).

Bahkan, merujuk Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), sepanjang bulan Juni ini, sudah ada enam SCF yang didaftarkan untuk ditawarkan ke publik. Dengan semakin tumbuhnya industri SCF belakangan ini, maka investor juga akan diuntungkan karena semakin banyak instrumen yang bisa dijadikan pilihan investasi.

DI SCF sendiri, investor bisa mendapatkan banyak pilihan bisnis yang hendak didanai. Mulai dari sektor food and beverage, konsumer, perdagangan, manufaktur hingga jasa. Imbal hasilnya pun cukup menggiurkan investor bisa mendapatkan dividen setiap periode tertentu dengan rata-rata dividend yield yang bisa mencapai 20%-40% per tahun.

Perencana Keuangan OneShildt Consulting Risza Bambang menyebut, pertumbuhan industri SCF tidak terlepas dari penetrasi internet dan digitalisasi yang mempertemukan investor skala kecil dengan kreditor dengan skala yang terjangkau. Selain itu, SCF hadir dengan membawa kemudahan untuk pencarian dana bagi para pelaku bisnis.

Baca Juga: Equity-Securities Crowdfunding Sudah Himpun Dana Rp 507,2 Miliar hingga Awal Juni

Namun, segala kemudahan ini menghadirkan risiko gagal bayar yang lebih tinggi.  Oleh karena itu, guna menarik minat para investor, dengan risiko yang tinggi, maka SCF juga menawarkan imbal hasil yang tinggi,

“Alhasil, selama investor yang punya risiko profil agresif dan merasa cocok dengan karakteristik SCF, instrumen ini pun menghadirkan prospek yang menarik,” kata Risza kepada Kontan.co.id, Jumat (24/6).

Dengan kondisi pemulihan ekonomi Indonesia saat ini, ia pun melihat SCF yang bergerak di sektor food and beverage, kesehatan, serta properti seharusnya punya potensi kinerja yang apik. Mengingat sektor-sektor tersebut diuntungkan dengan membaiknya daya beli masyarakat, sekaligus sebagai kebutuhan primer masyarakat.

Walau demikian, ia mengingatkan kembali bahwa risiko gagal bayar masih tetap menjadi ancaman terbesar. Oleh karena itu, menurutnya investor harus benar-benar melakukan riset terlebih dahulu secara mendalam terkait bisnis SCF yang hendak dipilih.

“Idealnya, para platform penyedia SCF juga menghadirkan sistem lebih yang lebih kondusif dan protektif bagi investor, misalnya interes dibayarkan di muka, rate yang lebih mahal, hingga riset atas kredibilitas kreditor,” imbuhnya.

Ke depan, ia percaya industri SCF masih akan bisa tumbuh dan lebih semarak lagi. Terlebih, OJK juga rajin menghadirkan atau memperbarui peraturan yang ada guna memastikan keamanan investor dan pertumbuhan industri itu sendiri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×