kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,00   -18,51   -1.98%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Loyo Pekan Ini, Begini Proyeksi Rupiah Pekan Depan


Sabtu, 19 November 2022 / 07:06 WIB
Loyo Pekan Ini, Begini Proyeksi Rupiah Pekan Depan
ILUSTRASI. Stamina rupiah kedodoran menghadapi dolar Amerika Serikat (AS) selama sepekan ini. Berbagai sentimen positif dari internal belum mampu mengangkat tenaga rupiah.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Stamina rupiah kedodoran menghadapi dolar Amerika Serikat (AS) selama sepekan ini. Berbagai sentimen positif dari internal belum mampu mengangkat tenaga rupiah.

Jumat (18/11), rupiah di pasar spot melemah 0,13% ke Rp 15.684 per dolar AS. Selama sepekan, rupiah melorot 1,21%.

Dari pasar Jisdor Bank Indonesia (BI) rupiah melemah 0,03% menuju level Rp 15.692 per dolar AS. Dalam sepekan, rupiah jisdor terkoreksi 1,28%.

Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan, pelemahan rupiah utamanya disebabkan oleh faktor eksternal. Berbagai katalis positif dari dalam negeri belum mampu membawa rupiah menguat akibat tingginya tendensi dari penguatan dollar AS.

Baca Juga: Tak Berdaya, Rupiah Jisdor Melemah ke Rp 15.692 Per Dolar AS pada Jumat (18/11)

Hal ini tercermin dari indeks dollar AS (DXY) yang berada di level 107, mengindikasikan penguatan US dollar masih terus berlanjut terhadap mata uang utama global. 

Sebagai perbandingan, mata uang regional Asia mayoritas terpantau melemah terhadap USD. Dibandingkan dengan posisi awal tahun, mata uang Asia yang melemah hingga double digit meliputi yen, baht, peso, yuan, dan won korea.

Di sisi lain, konflik geopolitik masih berlanjut dan kebijakan The Fed yang diramal masih tetap ingin menaikkan suku bunganya ke depan, juga membuat pelaku pasar masih memilih safe haven assets termasuk dollar AS.

Padahal, terdapat berbagai sentimen domestik selama pekan ini. Mulai dari rilis data-data ekonomi domestik yang cukup positif seperti surplus neraca perdagangan sebesar US$ 5,67 miliar di Oktober yang masih berlanjut.

Kebijakan BI yang menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bps) sebagai respons dari ekspektasi inflasi yang meningkat. Hingga data keyakinan konsumen yang tetap positif.

"Tekanan eksternal masih cukup tinggi terhadap rupiah dalam sepekan. Banyaknya sentimen dari domestik pun belum mampu menahan pelemahan rupiah," ungkap Reny kepada kontan.co.id, Jumat (18/11).

Dihubungi terpisah, Analis DCFX Futures Lukman Leong menambahkan, sepekan ini tekanan bagi rupiah cenderung disebabkan oleh faktor domestik yaitu kekhawatiran pelemahan ekonomi. 

Baca Juga: Loyo, Rupiah Spot Ditutup Melemah ke Rp 15.684 Per Dolar AS Pada Hari Ini (18/11)

Data perdagangan impor dan ekspor memang bertumbuh, namun masih di bawah perkiraan. Terutama impor yang mencerminkan rendahnya permintaan.

"Naiknya kasus covid-19 dikhawatirkan juga akan menekan pertumbuhan ekonomi nasional," kata Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (18/11).

Lukman menilai rupiah masih akan melanjutkan tren negatif dengan berada di rentang Rp 15.500 - Rp 15.800 per dollar AS di pekan depan. Pasar akan mengantisipasi statement hawkish dari the Fed di risalah pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC). 

Sedangkan, Reny memperkirakan rupiah akan bergerak ke kisaran Rp 15.588 - Rp 15.734 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×