Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Sukarno menyatakan emiten lainnya rata-rata mencatatkan penurunan pendapatan dan sahamnya tidak likuid. Melihat dari pergerakan saham ARNA, saat ini dalam tren kenaikan dan masih bisa disarankan untuk koleksi.
Adapun melansir dari laporan keuangan ARNA pada semester I 2019 mencatatkan pertumbuhan penjualan neto sebesar 13,3% secara year on year (yoy) dari sebelumnya Rp 923 miliar pada semester I 2018 menjadi Rp 1,04 triliun.
Baca Juga: Pengusaha keramik dorong KPPI masukan India ke dalam daftar safeguard
Penjualan dari pihak-pihak berelasi mendominasi penjualan ARNA pada paruh pertama tahun ini yakni sebesar Rp 937,66 miliar naik 12,7% yoy dari sebelumnya Rp 831,71 miliar. Salah satu pihak berelasi atas penjualan keramik ARNA ke PT Catur Sentosa Adiprana Tbk (CSAP) sebesar Rp 756,01 miliar yang berkontribusi atas 72,22% penjualan neto konsolidasi.
Selain itu penjualan ARNA juga ditopang oleh penjualan kepada pihak ketiga sebesar Rp 115,35 miliar. Adapun hasil penjualan kotor ARNA sebesar Rp 1,05 triliun dikurangi potongan retur penjualan sebesar Rp 6,23 miliar.
Baca Juga: Penjualan Arwana Citramulia (ARNA) Melesat Pasca Kapasitas Produksi Bertambah
Labanya juga ikut tumbuh 47,14% yoy dari sebelumnya Rp 70,122 miliar menjadi Rp 103 miliar di paruh pertama tahun ini. Sukarno memproyeksikan harga saham ARNA berpeluang menuju target harga Rp 660.
Nah, prospek ke depannya untuk emiten keramik menurut Sukarno masih tetap bagus. Khususnya untuk segmen keramik menengah ke bawah yang didorong oleh adanya program sejuta rumah, khususnya rumah bersubsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah dan program Rusunawa.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto menambahkan saham-saham di sektor keramik kuran likuid dan yang uptrend cuma ARNA. “ARNA strong uptrend sehingga direkomendasikan buy dengan target harga Rp 600 per saham,” tutupnya.
Hari ini, harga saham ARNA turun 1,83% ke Rp 535 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News