Reporter: Namira Daufina, Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Komoditas logam industri kompak mendulang untung di sepanjang semester 1-2016. Namun, kelebihan pasokan serta lemahnya permintaan masih akan mengadang laju komoditas logam industri hingga penghujung tahun 2016. Mari kita kupas satu persatu.
- Aluminium
Dalam enam bulan pertama 2016, aluminium berhasil mendulang keunggulan sebesar 9,4%. Setelah pada 30 Juni lalu, kontrak harga aluminium pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange tercatat US$ 1.649 per metrik ton.
Angka ini terus menjulang. Pada Senin (11/7), harga aluminium menjadi US$ 1.652 per metrik ton. Analis Central Capital Future Wahyu Tri Wibowo menjelaskan, tingginya pasokan masih membayangi harganya.
Ke depan, harga aluminium diprediksi masih dalam tren naik terbatas. Dukungan datang dari upaya China mengurangi produksi. Dan jika The Fed belum menaikan suku bunga tahun ini, harga aluminium diprediksi di kisaran US$ 1.550 – US$ 1.750 per metrik ton dengan rata-rata di US$ 1.700 per metrik ton.
- Nikel
Nikel kembali berada di atas angin. Walaupun di semester 1-2016 harganya hanya naik 7,08%, namun sejak itu nikel terus terbang. Mengutip Bloomberg, Selasa (12/7) pukul 13.23 waktu Shanghai, kontrak harga nikel pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange sekitar 10.190 per metrik ton, naik 7,88% sejak 30 Juni lalu.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim menjelaskan, isu pemangkasan produksi menopang pergerakan. Filipina sebagai produsen bijih besi terbesar berencana menutup dan melakukan audit operasi tambang nikel.
Goldman Sachs Group Inc bahkan memprediksi, harga nikel dalam enam bulan ke depan mencapai US$ 12.000 per metrik ton jika Filipina tidak menghasilkan produksi bijih nikel.
Namun, ini hanya sesaat karena kelebihan pasokan masih terjadi. Apalagi, permintaan belum membaik. Prediksi Ibrahim, harga nikel hingga akhir tahun hanya mampu menguat hingga US$ 10.300 per metrik ton.
- Tembaga
Tak seperti komoditas lain, penguatan harga tembaga di enam bulan pertama tahun 2016 tergolong mini. Mengutip Bloomberg, Kamis (30/6) kontrak harga tembaga pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange hanya menguat 2,97% jadi US$ 4.845 per metrik ton.
Ibrahim menyebutkan, pergerakan tembaga mengikuti harga minyak dunia. Tak heran jika tembaga saat ini turun seiring dengan melemahnya harga minyak. Kondisi ekonomi global turut memperparah pergerakan harga. Ibrahim menduga, fluktuasi harga tembaga masih terus terjadi hingga akhir tahun.
Ia menyebut, harganya akan menguat terbatas pada level US$ 5.000 per metrik ton di akhir tahun 2016.
- Timah
Timah menjadi komoditas logam industri dengan catatan gemilang sepanjang paruh pertama 2016. Hingga 30 Juni lalu, timah telah melesat 17,14% menjadi US$ 17.050 per metrik ton.
Kini, harga timah terus melaju. Mengutip Bloomberg, Senin (11/7) kontrak harga timah pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange mencapai US$ 17.875 per metrik ton.
Wahyu Tri Wibowo, Analis Central Capital Futures, memaparkan, kekuatan harga datang dari keringnya pasokan terutama setelah menyusutnya pengiriman dari Indonesia ke pasar global.
"Fundamental kuat dan USD juga tidak prima seperti tahun lalu," ujar Wahyu. Ia memprediksi, harga timah dalam tren naik hingga akhir tahun nanti, yakni di rentang US$ 15.000-US$ 20.000 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News