Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Moody's Investors Service menegaskan peringkat PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) dan obligasi senior tanpa jaminan yang diterbitkan oleh anak perusahaan TBLA, TBLA International Pte. Ltd di level Baa3. Pada saat yang sama, Moody's merevisi prospek peringkat ini menjadi negatif dari stabil.
"Perubahan dalam outlook TBLA ke negatif dari stabil mencerminkan kami memperkirakan metrik kredit dan posisi likuiditas dalam 12 bulan ke depan dalam kondisi yang menantan," kata Maisam Hasnain, Asisten Wakil Presiden dan Analis Moody dalam rilis Senin (4/5).
Baca Juga: Induk usaha TBLA lakukan operasi pasar 5 ton gula pasir
Penegasan peringkat Ba3 TBLA, mencerminkan fundamental perusahaan seperti permintaan domestik dalam jangka panjang masih menguntungkan. "TBLA memiliki komoditas ganda yakni
bisnis kelapa sawit dan gula," jelas Hasnain, Lead Analis Moody's untuk TBLA.
Penyebaran wabah virus corona yang cepat dan meluas memperburuk prospek ekonomi global. Sehingga penurunan harga minyak dan penurunan harga aset. Hal ini menciptakan guncangan kredit di banyak sektor, wilayah dan pasar. Efek kredit gabungan dari perkembangan ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Moody's menganggap wabah virus corona menjadi risiko sosial di bawah kerangka kerja lingkungan, sosial dan tata Kelola (ESG). Sebab implikasi substansial pada kesehatan masyarakat dan
keamanan. Tindakan hari ini mencerminkan dampak virus corona pada TBLA cukup luas dan berpotensi membuat goncangan terhadap kualitas kredit.
Baca Juga: Tunas Baru Lampung (TBLA) siapkan dana sebesar ini untuk buyback saham
Moody's memperkirakan, pertumbuhan pendapatan yang berpotensi melambat dan peningkatan utang akan membuat utang yang disesuaikan/EBITDA TBLA berada di 4,0-4,2 kali. Sementara, penyesuaian EBITA/bunga berada di 1,6-1,8 kali selama 12-18 bulan ke depan. Ini akan menjadi pemicu peringkat Ba3 dipangkas karena batasan utang yang disesuaikan per EBITDA dan EBITA/bunga masing-masing harus tidak kurang dari 4,0 kali dan 2,75 kali.
Sementara, penjualan minyak kelapa sawit dan gula dapat meningkat pada kuartal I-2020 karena pelanggan membutuhkan persediaan. Tapi pertumbuhan pendapatan dalam 12 bulan ke depan akan melambat seiring dengan perlambatan ekonomi efek dari penyebaran virus corona sehingga aktivitas konsumsi domestik terganggu.