Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Punya likuiditas yang sangat likuid, prospek obligasi berdenominasi dolar AS atau INDON, menawarkan potensi return yang lebih tinggi dibandingkan obligasi berdenominasi rupiah atau FR. Terlebih, sepanjang pandemi Covid-19, kinerja INDON di klaim cukup baik.
Head of Fixed Income Bank Negara Indonesia (BNI) Edy Pramono menjelaskan, harga INDON sejak posisi terendah yaitu akhir Maret 2020 hingga Rabu (17/6) naik sekitar 13%, lebih tinggi dibanding FR yang kenaikannya sekitar 9%.
"Kenaikan harga INDON tidak terlepas dari kondisi likuiditas dolar AS yang sangat likuid sebagai dampak dari stimulus ekonomi yang dilakukan hampir di seluruh negara," kata Edy kepada Kontan.co.id, Rabu (17/6).
Baca Juga: ORI017, instrumen investasi aman saat pandemik
Sebagaimana diketahui, untuk mengantisipasi dampak dari Covid-19 terhadap risiko pelemahan ekonomi, AS telah menggelontorkan banyak stimulus ke pasar keuangan global. Hal tersebut, turut menaikkan minat investor global dan kembali masuk ke aset-aset berisiko di emerging market.
Edy mengungkapkan dibandingkan FR, INDON memiliki investor base yang lebih luas dan bisa diperdagangkan secara global. Alhasil, itu membuat demand terhadap INDON saat ini cukup tinggi, namun dengan supply yang masih sangat terbatas dibandingkan FR. Hal tersebut juga ikut berpengaruh terhadap kenaikan harga INDON saat ini.
Ke depan, dia menilai bahwa prospek INDON dan FR masih cukup baik, karena INDON dan FR msh memiliki yield yang cukup menarik dimata investor.
"Itu tercermin dari interest deferential yang cukup lebar dibandingkan US Treassury yaitu sbs 200 basis poin (bps) untuk INDON dan 650bps untuk FR," jelasnya.
Untuk itu, Edy menilai seri-seri yang akan menjadi penggerak untuk INDON saat ini adalah tenor panjang 30 tahun, karena yield yang menarik di level 3,6% dan didukung proyeksi suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed) yang diprediksi akan flat sampai 2022.
Sementara itu, Edy menegaskan investor ke cenderung mencari yield lebih tinggi pada tenor-tenor jangka panjang seperti 30 tahun dan membuat potensi harga ikut meningkat. Sedangkan untuk FR supplynya cukup berlimpah demi bisa menutupi kesenjangan defisit anggaran negara yang meningkat, sehingga seri FR memerlukan yield yang atraktif untuk menarik minat investor terutama investor asing.
Baca Juga: Kupon ORI017 6,4%, di Bawah Estimasi tapi Menarik Untuk Dikoleksi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News