Reporter: Dyah Megasari | Editor: Test Test
JAKARTA. Jika tak ada aral melintang, pada hari ini (27/4), pemerintah akan kembali melelang surat berharga syariah negara alias sukuk negara. Seperti pada lelang sebelumnya, pemerintah menawarkan lima seri sukuk dengan target indikatif Rp 1 triliun.
Kelima seri ini merupakan sukuk lama yang ditawarkan lagi kepada para investor (reopening). Yakni, IFR0003 yang bakal jatuh tempo 15 September 2010, seri IFR0005 dengan jangka waktu hingga 15 Januari 2017, dan IFR0006 yang jatuh tempo pada 15 Maret 2030. Selain itu, ada pula sukuk seri IFR0007 dengan jangka waktu hingga 15 Januari 2025, dan seri IFR0008 yang akan jatuh tempo pada 15 Maret 2020.
Saat ini, kelima instrumen investasi tersebut menawarkan imbal hasil (yield) paling rendah 8,8% dan paling tinggi sebesar 10,25%.
Sedangkan pada lelang sukuk terakhir pada beberapa waktu lalu, pemerintah mengabulkan Rp 925 miliar permintaan yang masuk. Jumlahnya hanya 36,26% dari total penawaraan yang masuk saat itu sebesar Rp 2,36 triliun. Sedangkan target indikatif dari lelang sukuk tersebut mencapai Rp 1 triliun.
Target tersebut tak tercapai lantaran investor meminta imbal hasil yang melebihi ekspektasi pemerintah. "Jika dituruti, akan jadi beban pemerintah dan merusak harga SUN di pasar sekunder," kata Ariawan, analis obligasi Trimegah Securities, kemarin.
Sedangkan dalam hajatan hari ini, investor yang menjadi peserta lelang diperkirakan sama dengan lelang-lelang sebelumnya, termasuk institusi asing. "Sama dengan SUN (surat utang negara), mereka masih tertarik pada sukuk," tutur Ariawan.
Ariawan memperkirakan, pada lelang ini pemerintah tetap mempertimbangkan imbal hasil yang diminta investor. Artinya, bukan mengacu pada target penyerapan dana. "Kemungkinan jumlah penawaran yang masuk lebih besar dari terget indikatif. Tapi, pemerintah tak akan terlalu berambisi memborong seluruh penawaran," ujar Sukartono, Head of Debt Capital Market BNI Securities.
Di pasar sekunder, sukuk negara juga masih stabil dan tidak terganggu oleh sentimen eksternal. "Tapi sukuk masih kalah likuid dengan SUN," ujar Sukartono.
Pekan ini, pemerintah Amerika Serikat (AS) juga akan melelang obligasi senilai US$ 129 miliar. Hajatan itu diperkirakan tak banyak mempengaruhi pasar Indonesia. "Investor sudah memiliki portfolio masing-masing," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News