kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lebih banyak emiten yang dirugikan kuatnya dollar


Rabu, 04 Oktober 2017 / 20:43 WIB
Lebih banyak emiten yang dirugikan kuatnya dollar


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah dalam tren melemah selama satu bulan terakhir. Selasa (3/10), nilai tukar rupiah di pasar spot menyentuh Rp 13.542 oer dollar Amerika Serikat (AS), posisi terendah sejak Desember 2016.

Namun, hari ini Rabu (4/10) rupiah naik tipis ke level Rp 13.477 per dollar AS. Berdasarkan data kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah diperdagangkan di level Rp 13.489 per dollar AS.

Direktur Investa Saran Mandiri, Hans Kwee menilai, saat ini masih lebih lebih banyak emiten yang akan dirugikan jika rupiah melemah. “Saat ini Indonesia polanya masih importir, jadi masih banyak yang dirugikan dibandingkan yang diuntungkan dengan pelemahan nilai tukar rupiah,” tutur Hans.

Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengungkapkan hal senada. Menurut Edwin, selain perusahaan yang menggunakan bahan baku impor untuk operasional, perusahaan yang memiliki banyak utang dalam mata uang asing juga akan terpukul.

Emiten berbahan baku impor yang dimaksud Edwin khususnya bergerak dalam bisnis farmasi, baja, otomotif, juga konstruksi. Ia menyebut PT Astra International Tbk (ASII) sebagai contoh. Perusahaan otomotif ini akan dirugikan mengingat impor bahan baku yang sangat bergantung posisi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

“Kalau untuk mobil mahal, Astra akan terpengaruh karena masih berorientasi pada luar negeri. Tapi untuk mobil murahnya mungkin sudah banyak menggunakan komponen lokal,” tutur Edwin. Selain itu PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) juga masuk dalam daftar emiten dirugikan versi Edwin.

Senada, selain emiten farmasi yang banyak bergantung impor, Hans melihat emiten properti juga akan dirugikan. “Properti itu, 40% barang diimpor untuk pembangunan. Konstruksi juga demikian. Jadi ini mungkin bisa jadi kendala,” tutur Hans.

Meski demikian, Hans melihat investor masih bisa masuk ke saham konstruksi jika ingin berinvestasi untuk jangka panjang. Beberapa saham konstruksi yang menurutnya masih bisa diperhatikan adalah PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT PP Tbk (PTPP). Selain itu, dalam kondisi saat ini, Hans juga menyarankan investor untuk masuk ke saham perbankan seperti PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia TBk (BBRI).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×