kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.464.000   2.000   0,08%
  • USD/IDR 16.685   22,00   0,13%
  • IDX 8.671   10,48   0,12%
  • KOMPAS100 1.194   1,80   0,15%
  • LQ45 848   -0,04   0,00%
  • ISSI 313   0,32   0,10%
  • IDX30 435   0,48   0,11%
  • IDXHIDIV20 501   -0,56   -0,11%
  • IDX80 134   0,16   0,12%
  • IDXV30 138   -0,22   -0,16%
  • IDXQ30 138   -0,07   -0,05%

Lanjut koreksi, CPO terseret ke level terendah dalam sebulan


Jumat, 23 September 2011 / 10:55 WIB
Lanjut koreksi, CPO terseret ke level terendah dalam sebulan
ILUSTRASI. Kurs dollar-rupiah di BRI hari ini Kamis 19 November, cek sebelum tukar valas.KONTAN/Cheppy A. Muchlis/17/10/2017


Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini

KUALA LUMPUR. Koreksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) berlanjut. Akibatnya, hari ini, CPO terseret ke level terendah dalam sebulan terakhir. Koreksi harga CPO terjadi karena pasar cemas para pembuat kebijakan di seluruh dunia kehabisan cara untuk mencegah resesi global.

Kontrak CPO untuk pengiriman Desember di Malaysia Derivatives Exchange sempat jatuh 1,6% ke RM 2.961 atau setara US$ 931 per metrik ton. Ini level terendah sejak 26 Agustus. Kontrak yang sama bergeser ke posisi RM 2.978 per metrik ton pada pukul 10.42 di Kuala Lumpur. Sepanjang pekan ini, kontrak Desember ini pun sudah turun sebesar 3,2%.

Kemarin, saham global anjlok sehingga menggiring indeks MSCI All-Country World (45 negara) bearish untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir.

Mayoritas harga komoditas pun bertumbangan. Kemarin, minyak tercatat turun ke level terendah enam pekan, setelah Federal Reserve mengindikasikan adanya risiko penurunan yang signifikan pada perekonomian AS. Sementara itu, kontrak minyak kedelai untuk pengiriman Desember turun 0,4% menjadi 53,75 sen per pound.

Analis Phillip Futures Pte. Chung Yang Ker menilai, ada banyak ketidakpastian di pasar. "Jadi, minyak sawit menjadi salah satu komoditas utama yang sangat berhubungan dengan minyak dan pasar saham global, kemungkinan ikut terpukul," ujarnya, hari ini, di Singapura.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×