Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham emiten sektor jalan tol bisa dipertimbangkan sebagai salah satu pilihan dalam portofolio investasi. Pendapatan emiten jalan tol diperkirakan bakal terus menebal karena lalu lintas jalan tol yang lebih ramai.
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas menilai, prospek mayoritas emiten jalan tol berada di jalur positif seiring mobilitas masyarakat kembali normal. Dengan demikian, trafik jalan tol juga ikut meningkat.
Sebagai contoh, volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) untuk hampir seluruh jalan tol Jasa Marga Group terpantau meningkat di semester I 2023. Di paruh pertama tahun ini, kinerja emiten jalan tol mendapat sokongan dari lonjakan pertumbuhan pendapatan jalan tol pada saat mudik Lebaran.
Sukarno menambahkan, volume kendaraan ke depannya berpotensi terus menanjak seiring adanya tahun menjelang pemilihan umum (pemilu). Di tahun menjelang pemilu dan pada tahun pelaksanaan pemilu, pertumbuhan ekonomi di industri infrastruktur dan telekomunikasi secara historis mencatatkan pertumbuhan yang paling tinggi dibandingkan industri lainnya.
“Sentimen positif lainnya ialah potensi penurunan suku bunga sejalan dengan angka inflasi yang mulai melandai. Dengan demikian, bisa mengurangi beban bunga emiten jalan tol,” kata Sukarno kepada Kontan.co.id, Minggu (27/8).
Baca Juga: Sebanyak 210 Kendaraan Besar Terjaring ODOL di Ruas Tol Jakarta-Tangerang
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji mengatakan, prospek ke depannya bagi emiten yang memiliki bisnis jalan tol tentunya berkaitan dengan volume lalu lintas di jalan tol yang dikelola. Meningkatnya arus keluar masuk di jalan tol bisa berdampak pada pendapatan usaha yang berkelanjutan.
Saat ini, Nafan menilai, mobilitas masyarakat terus meningkat seiring pulihnya keadaan dari situasi covid yang sebelumnya berada dalam kondisi pembatasan. Kembali normalnya aktivitas masyarakat juga berdampak pada perputaran roda ekonomi, sehingga pada akhirnya turut berdampak pada mobilitas transportasi orang maupun barang di jalan tol.
“Jadi bisnis emiten jalan tol sangat berkaitan dengan seberapa besar lalu lintas di jalan tol yang dikelola. Status endemi semestinya mampu menciptakan pendapatan yang berkesinambungan,” kata Nafan saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (27/8).
Analis Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei memproyeksikan, kinerja emiten jalan tol akan terus membaik terutama karena volume lalu lintas tol yang terus meningkat. Tahun pemilu tentunya dapat menjadi salah satu faktor bagi lalu lintas yang lebih ramai, meskipun tidak begitu signifikan.
“Ditambah lagi, adanya kenaikan tarif pada beberapa ruas tol,” ungkap Jono kepada Kontan.co.id, Jumat (27/8)
Baca Juga: Trafik Naik, Dompet JSMR Semakin Tebal
Teranyar, PT Jasa Marga Tbk (JSMR) melalui badan usaha jalan tol (BUJT) terkait telah melakukan penyesuaian tarif terbaru pada Tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi) dan Tol Prof Dr Ir Soedijatmo (Sedyatmo) yang resmi berlaku mulai 20 Agustus 2023.
Adapun penyesuaian tarif memang dipersilakan untuk terdapat evaluasi dan penetapan tarif baru setiap dua tahun sekali berdasarkan pengaruh laju inflasi. Aturan jalan tol tertuang pada Pasal 48 ayat (3) Undang-Undang (UU) Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Pasal 68 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol.
Nafan Aji sepakat bahwa kenaikan tarif tol dapat berdampak pendapatan usaha yang lebih besar bagi emiten sektor jalan tol. Kenaikan tarif dapat menambah sentimen positif dari peningkatan volume lalu lintas di jalan tol.
Dalam jangka pendek, penyesuaian tarif tol yang lebih tinggi mungkin dapat menjadi sentimen negatif di saat kondisi inflasi. Tetapi hal ini dinilai Nafan bersifat sementara, mengingat peranan jalan tol sangat strategis untuk meningkatkan mobilitas maupun konektivitas.
Baca Juga: Kredit Sindikasi Perbankan Diproyeksikan Masih Akan Tumbuh, Ini Penyebabnya
Rekomendasi Saham Emiten Jalan Tol
1. PT Jasa Marga Tbk (JSMR)
Sebagai pemimpin pasar di industri ini, JSMR telah mencatatkan pemulihan pendapatannya dan lalu lintas tol sejak pandemi pada 2022. JMSR mengharapkan pengoperasian 3 jalan tol baru di tahun ini dengan total panjang gabungan 56,9 km, sehingga bisa meningkatkan volume lalu lintas sebesar 3%.
JSMR dapat meningkatkan pendapatan melalui penambahan tol baru jalan raya dan tarif tol yang lebih tinggi dengan tetap menjaga leverage yang sehat. Namun laba bersih diperkirakan akan lebih rendah karena capaian tahun lalu terdongkrak aktivitas divestasi tol MBZ.
Rekomendasi: Buy
Target harga: Rp 4.500 per saham
Andrew Sebastian Susilo, MNC Sekuritas dalam riset 16 Juni 2023
Baca Juga: Saham Otomotif Injak Rem, Mana yang Masih Menarik Digeber?
2. PT Adhi Karya Tbk (ADHI)
ADHI mencatatkan peningkatan pendapatan menjadi Rp 6,4 triliun di semester I 2023. Kontribusi terbesar pendapatan ADHI yakni dari proyek infrastruktur yakni Jalan Tol Yogyakarta – Bawen, Jalan Tol Sigli – Banda Aceh, dan Jalan Tol Cisumdawu.
Sejumlah peluang masih terbuka bagi ADHI dalam mendapatkan kontrak baru seiring dengan komitmen pemerintah untuk fokus pada pembangunan infrastruktur di tahun 2023. Adanya proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) akan memberikan peluang perusahaan kontruksi dalam mendapatkan kontrak baru seperti ADHI.
Rekomendasi: Buy
Target harga: Rp 535 per saham
Johan Trihantoro, Pilarmas Investindo Sekuritas
Baca Juga: Hutama Karya Percepat Proyek Jalan Tol Lingkar Pekanbaru
3. PT Nusantara Infrastructure Tbk (META)
Kinerja META berpotensi lebih baik di paruh kedua dan diperkirakan bisa sesuai target perusahaan seiring ekspansi penambahan jalan tol dan lainnya. Pemulihan kinerja yang lebih baik dan valuasi saham yang terbilang murah dapat dipertimbangkan untuk mengoleksi META. Saat ini, META memiliki rasio PBV masih 0.75x atau di bawah 1x serta di bawah peers di 0.83x.
Rekomendasi: Buy
Target harga: Rp 127 per saham
Sukarno Alatas, Kiwoom Sekuritas Indonesia
Baca Juga: Sepanjang 2023, Jasa Marga (JSMR) Targetkan Pendapatan Jalan Tol Tumbuh hingga 15%
4. PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP)
Secara teknikal, posisi CMNP saat ini sedang berada di fase downtrend dan masih didominasi oleh munculnya volume penjualan. Dari sisi MACD dan Stochastic juga belum menunjukkan tanda-tanda pembalikan arah. Kedua indikator tersebut masih mengarah ke area negatifnya.
Rekomendasi: Wait and see
Support: Rp 1.610 per saham
Resistance: Rp 1.685 per saham
Herditya Wicaksana, MNC Sekuritas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News