Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kemilau emas semakin terang pasca kenaikan suku bunga bank sentral yang lebih lambat. Emas bahkan siap terbang menuju level tertinggi baru atau All Time High (ATH) di tahun ini.
Senior Analis DCFX Futures Lukman Leong mengatakan bahwa prospek investasi emas masih sangat bagus. Emas spot diyakini bisa menembus rekor tertinggi baru di kisaran US$ 2.100- US$ 2.160 per ons troi pada tahun 2023.
Walaupun reli kuat akhir-akhir ini sangat rentan aksi ambil untung (profit taking), namun hal itu justru akan kembali memicu harga si logam kuning menjadi lebih murah dan menciptakan bargain hunting.
Baca Juga: Harga Emas Antam Hari Ini Anjlok Rp 13.000 ke Rp 1.029.000 Per Gram, Jumat (3/2)
Koreksi harga tersebut akan dimanfaatkan untuk aksi borong emas, sehingga bisa membuat harganya merangkak naik.
Emas pun sudah terlepas dari tekanan suku bunga yang mengikis harganya di sepanjang tahun lalu. Bahkan hanya sekedar ekspekstasi, emas telah menguat sejak awal tahun.
Mengutip Bloomberg, harga emas spot melesat 5,72% sepanjang bulan Januari ke US$ 1.928,36 per ons troi. Di akhir 2022, emas spot berada di level US$ 1.824,02 per ons troi.
Terlebih saat ini kenaikan suku bunga The Fed sesuai konsensus pasar, maka emas kembali menguat. The Fed mengerek suku bunga hanya sebesar 25 basis poin (bps), sehingga membawa Fed Funds Rate (FFR) ke level 4,5% - 4,75%.
Lukman mencermati, emas berada dalam jalur kenaikan pasca rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada Rabu, (1/2) berakhir dengan pernyataan The Fed yang bernada lebih dovish.
The Fed memperlambat laju kenaikan FFR yang sebelumnya sebesar 50 bps di Desember. Keputusan The Fed tersebut kemudian disambut pula kenaikan suku bunga yang lebih lambat oleh European Central Bank (ECB) dan Bank of England.
"Ini meredakan kekuatiran akan kenaikan suku bunga yang lebih tinggi ke depannya," ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (3/2).
Memang, lanjut Lukman, dolar dan obligasi AS sendiri berbalik menguat (rebound) pasca kenaikan suku bunga The Fed. Tetapi, hal tersebut tidak akan merubah arah dan proyeksi harga emas yang akan menguat.
Baca Juga: Harga Emas Naik Tipis Setelah Dilanda Aksi Ambil Untung
Pelaku pasar saat ini tengah berfokus pada Rilis data Non Farm Payroll (NFP) Amerika yang bakal rilis malam ini (3/2). Namun, kata Lukman, hasilnya juga tidak akan berdampak signifikan bagi harga emas yang terkoreksi lebih dikarenakan aksi profit taking.
Emas diyakini bakal kinclong di tahun 2023 karena ditopang oleh pembelian sejumlah bank sentral. Redanya kenaikan suku bunga tentu berkorelasi pada kemampuan ekonomi negara-negara untuk memborong emas.
Nah, kalaupun kenaikan suku bunga masih berlanjut, emas pun masih bisa untung.
Emas bakal diburu karena menilai sifatnya sebagai aset yang aman (safe haven) di tengah potensi perlambatan ekonomi global.
Lukman memaparkan bahwa Bank Sentral China sebenarnya telah mengakumulasi emas dalam 20 tahun terakhir, namun tidak pernah melaporkan kepemilikan emas secara transparan.
Analis memperkirakan China memiliki paling tidak 6.000-10.000 ton emas dibandingkan 2.000 ton yang diakui. Dengan cadangan devisa yang sangat besar, China masih akan membeli emas dalam jumlah besar dalam beberapa tahun ke depan.
Di sisi lain, China terus menurunkan kepemilikan obligasi pemerintah AS. Dimana data terakhir November 2022 menyisakan US$ 870 miliar, terendah sejak 2010.
Karena itu, Lukman berujar, pembelian emas oleh bank sentral China digenjot karena cadangan devisa yang sangat besar dan rasio kepemilikan emas yang masih kecil.
Perkembangan geopolitik akhir-akhir ini pun mendorong kepemilikan emas. Konflik antara Rusia dan Ukraina misalnya telah berujung pada pembekuan aset bank sentral Rusia. Situasi ini mendorong bank sentral dunia seperti China, Turki hingga Rusia untuk mempercepat proses diversifikasi cadangan devisa mereka.
Baca Juga: Kebijakan Suku Bunga Tidak Lagi Mengikis Harga Emas
Dan pada akhirnya penguatan emas di pasar spot nantinya turut berdampak positif bagi harga emas batangan Antam.
Tetapi jika dibandingkan dengan investasi emas non fisik, maka potensi keuntungan investasi emas fisik Antam tidaklah terlalu menarik.
Pasalnya, Lukman bilang, selisih (spread) harga emas Antam sangat besar dengan harga buyback ±10%. Sementara, selisih harga emas non fisik di pasar spot hanya berkisar 0,015%.
Dengan asumsi kurs rupiah di level Rp 15.000 per dolar AS, maka harga emas Antam diperkirakan berkisar Rp 1,15 juta per gram. Sementara, posisi harga pembelian kembali (buyback) emas Antam diperkirakan bakal Rp 100.000 lebih rendah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News