Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Komoditas minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) tak mampu mempertahankan lajunya. Meski sempat menguat di awal pekan, tetapi harga CPO harus terkoreksi. Mengutip Bloomberg, Selasa (11/7) pukul 16.15 WIB, harga CPO kontrak pengiriman September 2017 di Malaysia Derivative Exchange turun 0,31% ke level RM 2.585 per metrik ton dibanding hari sebelumnya.
Sedangkan jika dibandingkan sepekan sebelumnya, harganya masih tercatat naik hingga 3,07%. Para analis meramal, CPO masih dibayangi sentimen negatif.
“Ada potensi setelah pernyataan Prancis harga akan kembali berada di bawah tekanan,” ujar Faisyal analis PT Monex Investindo Futures, Selasa (11/7).
Belum lama ini Menteri Lingkungan Prancis Nicolas Hulot sempat menyatakan pihaknya akan segera membatasi penggunaan minyak sawit dalam produksi biodisel demi mengurangi deforestasi di negara produsen sawit. Dikhawatirkan jika hal itu benar-benar terjadi maka akan berimbas pada rendahnya permintaan minyak sawit dari negara-negara penghasil seperti Indonesia dan Malaysia.
Namun, di lain pihak Deddy Yusuf Siregar, analis PT Asia Tradepoin Futures justru masih tetap optimistis, sikap Prancis tersebut tidak akan mempengaruhi permintaan minyak sawit mentah. Menurutnya, pasar Eropa tidak berpengaruh besar bagi pergerakan harga CPO. Seharusnya negara produsen tak perlu gentar dengan kampanye negatif tersebut.
“Ekspor ke China jauh lebih besar dari pada ke Eropa,” imbuhnya.
Menurut Deddy, sebentar lagi CPO akan mendapatkan sentimen positif karena China juga berniat menerapkan program biodisel seperti Indonesia. Kalau negeri tirai bambu itu mulai menggunakan 5% minyak sawit sebagai komponen bahan bakar biodisel, maka permintaan akan meningkat. Sekarang ini setiap tahun, ekspor CPO Indonesia ke China mencapai 3 juta-4 juta ton per tahun.
Di awal sesi perdagangan, harga CPO sempat terlihat naik berkat sajian data dari Malaysia. Persediaan minyak sawit Malaysia turun 1,93% di bulan Juni dari bulan sebelumnya yaitu dari 1,56 juta ton ke 1,53 juta ton. Begitu juga dari sisi produksi, selama bulan Juni terjadi penurunan sekitar 8,48% ke level 1,51 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News