kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.431.000   15.000   0,62%
  • USD/IDR 16.696   -2,00   -0,01%
  • IDX 8.635   -65,83   -0,76%
  • KOMPAS100 1.180   -11,97   -1,00%
  • LQ45 845   -12,34   -1,44%
  • ISSI 311   -1,90   -0,61%
  • IDX30 433   -7,77   -1,76%
  • IDXHIDIV20 501   -9,24   -1,81%
  • IDX80 132   -1,44   -1,08%
  • IDXV30 137   -2,52   -1,80%
  • IDXQ30 137   -2,63   -1,88%

Laboratorium Karbon Digital Jadi Terobosan Baru Bagi Pasar Karbon Domestik


Kamis, 11 Desember 2025 / 12:58 WIB
Laboratorium Karbon Digital Jadi Terobosan Baru Bagi Pasar Karbon Domestik
ILUSTRASI. Laboratorium Karbon Digital di Indonesia akan menjadi pilar penting dalam meningkatkan kualitas pengukuran, pelaporan, dan verifikasi emisi gas rumah kaca.


Reporter: Rashif Usman | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konferensi Karbon Digital (Carbon Digital Conference/CDC) 2025 yang berlangsung 8–10 Desember 2025 di Bandung, Jawa Barat, menandai langkah penting dalam penguatan pasar karbon domestik. 

Ketua Umum Indonesia Carbon Trade Association (IDCTA) Riza Suarga, menyatakan forum kolaborasi tersebut mempertemukan seluruh pemangku kepentingan dalam rantai nilai karbon.

Ini sekaligus menjadi wadah untuk menyampaikan kebijakan, regulasi, serta inovasi yang akan memperkuat integritas pasar karbon Indonesia. 

"Momentum ini menunjukkan komitmen bersama untuk menjadikan Indonesia sebagai pemimpin dalam solusi iklim global," kata Riza dalam keterangan resminya, Kamis (11/12/2025).

Baca Juga: Dolar Ambruk usai The Fed Turunkan Suku Bunga, Simak Penjelasan Analis

Partner sekaligus Sustainability Leader PwC Indonesia Yulianna Sudjonno menyampaikan Pemerintah telah menunjukkan progres yang signifikan tahun ini dengan ditandatanganinya Mutual Recognition Agreement (MRA) dengan beberapa negara dan organisasi pengembang standar internasional. 

Dengan begitu, seluruh ekosistem saat ini perlu melanjutkan langkah tersebut dengan membangun kredit karbon berkualitas tinggi.

"CDC 2025 menjadi katalis penting untuk memperkuat kolaborasi dan memastikan setiap langkah memenuhi standar global serta memberikan nilai nyata bagi ekonomi hijau," jelas Yulianna.

Laboratorium Karbon Digital

Salah satu terobosan yang diangkat dalam konferensi tahun ini adalah pembangunan Laboratorium Karbon Digital di Indonesia. Riza menjelaskan fasilitas ini akan menjadi pilar penting dalam meningkatkan kualitas pengukuran, pelaporan, dan verifikasi emisi gas rumah kaca.

Selain itu, lanjut Riza, laboratorium ini akan membantu meningkatkan akurasi dan transparansi data emisi, sehingga Indonesia dapat lebih efektif dalam mengurangi emisi dan mencapai target pengurangan emisi yang telah ditetapkan.

Baca Juga: Rupiah Masih Menguat ke Rp 16.674 Per Dolar AS di Tengah Hari Ini (11/12)

“Laboratorium karbon digital juga akan membantu meningkatkan kemampuan Indonesia dalam mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan iklim yang efektif, serta meningkatkan kerja sama internasional dalam mengatasi perubahan iklim,” ujar Riza.

Komitmen tersebut diperkuat melalui penandatanganan kerja sama IDCTA dan Pemerintah Kota Bandung, yang dilakukan di Aula Barat ITB sebagai bagian dari rangkaian CDC2025. 

Riza mengungkapkan, penandatanganan ini dilakukan sebagai landasan pengembangan inovasi karbon digital dan pasar karbon di tingkat kota.  

Melalui laboratorium karbon digital, Indonesia dapat meningkatkan akurasi data emisi, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan iklim dan meningkatkan kerja sama internasional dalam mengatasi perubahan iklim.

“Hal ini akan membantu Indonesia dalam mencapai target pengurangan emisi dan meningkatkan kemampuan dalam mengatasi perubahan iklim,” jelas Riza.

Baca Juga: IHSG Turun 0,31% ke 8.673 pada Sesi I Kamis (11/12), NCKL, INDF, UNVR Top Losers LQ45

Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menjelaskan, Bandung siap untuk menjadi pilot project dalam pembuatan laboratorium karbon digital pertama di Indonesia.

"Ini kesempatan emas bagi Kota Bandung untuk membuka diri sebagai living lab bagi para pelaku industri karbon digital. Bandung dapat dimanfaatkan sebagai ruang prototyping teknologi. Jika prototipe berhasil, kami tinggal memperbesar kapasitasnya agar Bandung dikenal sebagai kota lahirnya Carbon Digital Economy,” ujar Farhan.

?Menurut dia, Bandung memiliki urgensi untuk segera mengembangkan skema ekonomi karbon, terutama karena tantangan besar terkait ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH). Kota dengan densitas penduduk tinggi ini menghadapi keterbatasan lahan yang membuat target 30% RTH sebagaimana amanat undang-undang menjadi sulit tercapai.

Farhan juga menyebut adanya potensi pemanfaatan Lahan Sawah Dilindungi (LSD) seluas sekitar 600 hektare sampai 700 hektare yang dapat dikembangkan sebagai modal lingkungan (natural capital).

Area ini dinilai dapat berkontribusi besar terhadap skema ekonomi karbon di masa mendatang.

Selanjutnya: OCBC Targetkan Kredit Tumbuh Double Digit di Tahun 2026

Menarik Dibaca: Tembus 6 Juta Penonton, Agak Laen: Menyala Pantiku! Masuk 7 Besar Film Terlaris

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×