Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) mencatat penurunan penjualan di semester I 2023. TAPG mencatatkan penjualan sebesar Rp 3,77 triliun di semester I 2023, turun turun 18,22% dari semester I 2022 yang sebesar Rp 4,61 triliun.
Beban pokok penjualan TAPG naik 12,45% ke Rp 2,98 triliun dari Rp 2,65 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Alhasil, TAPG mencatat laba bruto sebesar Rp 787,1 miliar, turun hampir 60% dari semester I 2022 yang sebesar Rp 1,96 triliun.
TAPG mencatatkan laba periode berjalan sebesar Rp 483,9 miliar, turun 73,91% dari laba di semester I 2022 yang sebesar Rp 1,84 triliun.
Sekretaris Perusahaan TAPG Joni Tjeng mengatakan, selain terkait produksi, harga jual komoditas pada semester I rata-rata juga mengalami koreksi setelah mencapai tingkat harga yang tinggi di tahun 2022.
“Kami juga mengalami peningkatan biaya yang cukup tinggi khususnya pemupukan di semester I-2023,” kata Joni kepada Kontan.co.id, Senin (31/7).
Baca Juga: Lewati Masa Recovery, TAPG Catat Produksi TBS 779.000 Ton di Kuartal II 2023
Pada kuartal II 2023, kondisi sudah mulai membaik. Produksi mulai meningkat dan harga pupuk sudah secara signifikan turun. Pada sisi harga harga, CPO juga kembali meningkat karena suplai vegetable oil global yang tidak sebaik perkiraan awal.
Joni mengatakan, fokus perusahaan tetap pada produktivitas. Faktor tersebut akan memaksimalkan performa finansial perusahaan baik pada pendapatan maupun pada efisiensi biaya per unit.
Pada semester II, permintaan akan vegetable oil, khususnya CPO, akan lebih tinggi. China akan mengeluarkan kebijakan untuk mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi. Sementara, India yang akan merayakan Hari Raya Diwali yang selalu diikuti oleh peningkatan impor dan konsumsi vegetable oil. Kedua negara adalah konsumen terbesar CPO.
Baca Juga: Harga CPO Menguat, Simak Rekomendasi Saham Triputra Agro Persada (TAPG)
Di pasar domestik, permintaan akan produk makanan diperkirakan akan terus stabil. Pada sektor energi, kebijakan pemerintah dan Pertamina yang telah meningkatkan fasilitas blending B35 pada bulan Juni lalu berpotensi mengangkat permintaan.
“Kebijakan itu diperkirakan akan menjadi faktor penting untuk mencapai alokasi program biodiesel di tahun 2023,” papar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News