Reporter: Avanty Nurdiana, Kun Wahyu Winasis | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) semakin agresif mengembangkan bisnis rumah sakit (RS) dan mal. Maklum, fulus yang merela peroleh dari bisnis ini cukup menggiurkan. Di semester I-2010, pendapatan LPKR dari divisi Healthcare mencapai Rp 507,15 miliar atau 35,5% dari total pendapatan bersih LPKR sebesar Rp 1,43 triliun. Adapun bisnis mal menyumbang pendapatan sebesar Rp 47,27 miliar. Pendapatan ini meningkat 31,3% ketimbang semester I-2009 sebesar Rp 35,99 miliar.
Presiden Direktur LPKR Ketut Budi Wijaya mengatakan, saban tahun pendapatan dari bisnis RS tumbuh di atas dua digit. Itu sebabnya, LPKR bakal terus membangun RS untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus meningkat.
Ketut menuturkan, dalam lima tahun ke depan, pihaknya berencana membangun sekitar 25 RS baru dan 15 mal. Untuk membangun proyek tersebut, Ketut memperkirakan, total dana yang dibutuhkan LKPR mencapai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 9 triliun. "Mungkin sekitar itu kebutuhan dana kami dalam lima tahun ke depan," ujarnya akhir pekan lalu.
Untuk membiayai sejumlah proyek besarnya itu, LPKR akan mengandalkan pendanaan dari berbagai sumber. Itu bisa berarti, lewat penerbitan obligasi, penjualan real estate investment trust (REIT), pinjaman perbankan, dan tentus saja dana internal. Berdasarkan laporan keuangan semester I-2010, LPKR memiliki dana kas senilai Rp 1,47 triliun. Selain itu, perusahaan ini mempunyai simpanan di REITS sebesar Rp 382,49 miliar.
Dua rumah sakit baru
Ketut menjelaskan, Juli lalu, LPKR telah memulai pembangunan dua rumah sakit yang berlokasi di Karawaci dan Makassar. Kedua proyek ini ditargetkan selesai dalam satu tahun. Adapun pembangunan satu unit RS diperkirakan menghabiskan dana US$ 20 juta. Dana sebanyak ini sudah termasuk pembangunan fisik gedung dan pembelian peralatan medis.
Biaya pembangunan dua rumah sakit itu akan menggunakan dana internal dan dana hasil penerbitan obligasi. Pada 11 Mei lalu, LPKR telah menerbitkan obligasi berbunga 9% per tahun senilai US$ 270 juta. Selain untuk melunasi surat utang lama yang jatuh tempo 2011, dana itu juga akan dipakai untuk menopang belanja modal LKPR di tahun ini sebesar US$ 70 juta -US$ 80 juta.
Analis Bhakti Securities Reza Nugraha menilai, ekspansi LPKR di bisnis rumah sakit cukup positif. Sebab, tak banyak perusahaan mencoba masuk ke sektor ini. Tapi investor juga harus mewaspadai sumber-sumber pembiayaan ekspansi tersebut.
Saat ini, Reza masih menyarankan beli saham LPKR dengan target Rp 670 per saham. Jumat (27/8), harga saham LPKR susut 3,85% menjadi Rp 500 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News