Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) berhasil catatkan pertumbuhan pendapatan di semester I 2018. Laba bersih emiten rumahsakit ini justru turun. Namun, prospek emiten sektor healthcare ini masih akan membaik hingga akhir tahun.
Mengutip laporan keuangan hingga semester I 2018, MIKA catatkan pendapatan sebesar Rp 1,3 triliun atau naik 10,5% daripada periode yang sama tahun lalu. Sementara, laba bersih tercatat masih menurun sebesar 9,1% ke Rp 321 miliar.
Akhmad Nurcahyadi, Analis Samuel Sekuritas Indonesia mengatakan sudut pandang dan rekomendasinya pada MIKA belum berubah karena mengingat kinerja yang lebih baik dibandingkan peers dan rata-rata industri rumahsakit.
Peningkatan pendapatan, Akhmad lihat terjadi akibat dampak positif Kasih Group yang berkontribusi 9,5% pada pendapatan konsolidasian.
William Surya Wijaya, Vice President Research Department Indosurya Bersinar Sekuritas mengatakan, pendapatan MIKA berangsur naik karena didukung katalis positif dari sektor healthcare. Masyarakat lebih sering mengakses kesehatan lantaran berkembangnya fasilitas asuransi kesehatan maupun program pemerintah melalui BPJS Kesehatan.
"Sekarang orang yang berkunjung ke rumahsakit makin banyak," kata William, Rabu (12/9). Selain itu, betambahnya rumahsakit yang dimiliki MIKA juga memberi pengaruh positif pada pendapatan. Pada Juni lalu MIKA membuka rumahsakit baru di Gading Serpong, Tangerang.
Sementara, besarnya beban yang ditanggung perusahaan, terutama beban operasional dan beban keuangan serta turunnya pendapatan keuangan, membuat laba bersih MIKA terkikis.
Akhmad mengatakan, margin MIKA yang flat disebabkan oleh margin rumahsakit Kasih Indonesia yang lebih rendah. Tercatat net margin MIKA di semester I 2018 turun 5%. Ke depan, Akhmad memproyeksikan penurunan margin ini tidak signifikan mengingat penambahan dan pengembangan rumahsakit berpotensi menjaga pertumbuhan margin konsolidasian MIKA.
Sekedar mengingatkan, penurunan laba bersih juga disebabkan oleh rendahnya pendapatan keuangan sebagai akibat tren penurunan suku bunga hingga semester awal tahun ini.
Akhmad memandang positif kinerja MIKA ke depan karena melihat kinerja indikator operasional masih bertumbuh. Tercatat pertumbuhan rawat inap dan rawat jalan masing-masing tumbuh 9% dan 12,9% di periode yang sama tahun lalu.
"Penurunan rasio tingkat hunian yang tercatat sebesar 54,4% dari 57,7% di semester I tahun lalu adalah wajar, mengingat terdapat penambahan kasur menjadi 2.459 seiring dengan pembukaan rumahsakit Mitra Keluarga di Gading Serpong," kata Akhmad dalam riset 7 Agustus 2018.
Akhmad merekomendasikan buy MIKA dengan target harga Rp 2.250 per saham. Menurut dia, kontinuitas ekspansi yang dilakukan MIKA menjadi sentimen positif.
MIKA kini sedang menyelesaikan pembangunan rumahsakit baru di Bintaro dan diperkirakan dapat selesai akhir tahun ini. Saat ini progres pembangunan sudah mencapai 60%.
Selain itu, MIKA juga sedang membangun rumahsakit di Bekasi dengan brand Rumah Kasih Indonesia. Keduanya menelan biaya investasi Rp 330 miliar. Dengan rincian Rp 250 miliar untuk pembangunan RS Mitra Keluarga dan Rp 80 miliar untuk Rumah Kasih Indonesia.
Untuk tahun 2019, MIKA sedang dalam final project dengan rencana menyelesaikan rumahsakit BPJS dengan skala kecil, hanya sekitar 100 tempat tidur, dengan estimasi biaya senilai Rp 80 miliar, termasuk lahan dan juga alat medis. Rumahsakit ini memiliki kapasitas lebih kecil dengan ongkos operasional yang lebih murah dibanding rumahsakit MIKA lainnya. MIKA saat ini juga sedang melakukan percepatan untuk mendapatkan lebih banyak lahan baru untuk pembangunan rumahsakit sampai dengan 2021.
Sejak awal tahun, William memasang target harga Rp 2.100 per saham untuk MIKA. Menurut William, saham emiten rumahsakit saat ini likuiditasnya kurang di pasar, sehingga William menyarankan kepada investor untuk mempertimbangkan faktor ini sebelum membeli.
"Ingat likuiditas kalau untuk short term, kalau mau hold long term masih oke, karena tingkat kebutuhan akan kesehatan akan terus meningkat," kata William.
Akhmad mengatakan, tantangan bagi MIKA ke depan adalah rasio rumahsakit MIKA yang melayani pasien BPJS jika tidak signifikan, berpotensi bisa menimbulkan penurunan margin yang berkelanjutan. Hingga akhir tahun Akhmad memproyeksikan pendapatan MIKA bisa tumbuh hingga Rp 2,9 triliun dengan laba bersih Rp 746 miliar.
Vanessa Karmajaya Analis Yuanta Securities Indonesia merekomendasikan hold MIKA di target harga Rp 1.850 per saham. Sementara, Ariyanto Jahja Analis Credit Suisse memasang rekomendasi neutral di target harga Rp 2.100 per saham.
Rabu (12/9) harga saham MIKA ditutup di Rp 1.705 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News