Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Dupla Kartini
SERANG. Seiring peningkatan laba bersih di tahun lalu, PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA) berencana membagi dividen tunai sebesar Rp 15 per saham atau total Rp 27,53 miliar pada Juni 2011. Nilai itu setara dengan 34,8% laba bersih perusahaan tahun lalu.
Tahun lalu, produsen keramik tersebut berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih 24% menjadi Rp 79,04 miliar. Pencapaian laba bersih ARNA melebihi target awal yaitu sebesar Rp 72,05 miliar. Laba bersih per saham ikut terkerek dari Rp 33 menjadi Rp 43.
Namun, pencapaian penjualan di bawah target awal yaitu Rp 898,47 miliar. Tahun lalu, penjualan bersih naik 24,2% menjadi Rp 830,18 miliar. Sedangkan produksinya mencapai 36,14 juta meter persegi, meningkat 20% dibandingkan dengan 2009.
Sekretaris Perusahaan ARNA Rudy Sujanto mengungkapkan, penjualan tahun lalu tidak melejit karena perusahaan sama sekali tidak menaikkan harga jual keramiknya. Maklum, segmen pasar ARNA memang kelas menengah ke bawah. "Mereka sangat sensitif terhadap harga," kata Rudy di Serang, Rabu (30/3).
Kendati demikian, perusahaan berhasil melakukan efisiensi untuk mendongkrak laba kotor. Upaya yang dilakukan antara lain mengganti unit MMC yang lama dengan yang baru untuk menghemat listrik hingga 20%, serta memasang heat recovery machine untuk menghemat gas hingga 20%.
Lanjut Rudy, penjualan ARNA yang terbesar, yaitu sebanyak 76% berasal dari Pulau Jawa. Sampai saat ini, 99% produk ARNA masih terserap pasar domestik. Sebagian kecil sisanya diekspor ke Srilanka, Pakistan, Brunei Darussalam, dan lain-lain.
Tahun ini, ARNA berharap penjualan bisa bertumbuh menjadi Rp 953,12 miliar, sementara laba bersihnya menjadi Rp 95,51 miliar. Kapasitas produksinya juga akan ditingkatkan dari 38,87 juta meter persegi menjadi 40,87 juta meter persegi di tahun ini.
Untuk mendukung ekspansinya, ARNA yang mengklaim memiliki kapitalisasi pasar 17% mengalokasikan capital expenditure Rp 60 miliar tahun ini. Dana tersebut akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi di Plant IIA dan Plant IIC di pabrik di Serang.
Sumber pembiayaannya, 65% dari pinjaman perbankan dan 35% dari kas internal. Tahun lalu ARNA telah mengantongi fasilitas pinjaman dari Bank Negara Indonesia (BNI) dengan jangka waktu lima tahun. "Sifatnya standby loan. Kalau posisi kas cukup, tidak perlu ditarik," terang Rudy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News