Reporter: Nadya Zahira, Yuliana Hema | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan dengan saham blue chip, PT XL Axiata Tbk (EXCL) berhasil mendapatkan laba yang besar sepanjang semester I-2024. Apakah saham EXCL menarik untuk portofolio investasi?
Pendapatan dan laba bersih EXCL kompak meningkat di semester pertama. Melansir laporan keuangan yang dipublikasikan Selasa (6/8), EXCL mengantongi pendapatan sebesar Rp 17,05 triliun. Raihan ini tumbuh 8,16% secara tahunan atau Year on Year (YoY) dari Rp 15,76 triliun di semester pertama tahun lalu.
Seiringan dengan kenaikan pendapatan, jumlah beban yang ditanggung emiten halo-halo ini juga meningkat. Per Juni 2024, jumlah beban EXCL mencapai Rp 14,1 triliun atau naik 4,32% YoY.
Dari sisi bottom line, laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk EXCL tumbuh 57,52% YoY menjadi Rp 1,02 triliun per Juni 2024. Pada periode yang sama di 2023, laba bersih EXCL mencapai Rp 650,68 miliar.
Presiden Direktur & CEO XL Axiata Dian Siswarini menuturkan, XL Axiata mampu melanjutkan momentum pertumbuhan dan profitabilitas yang kuat di periode semester pertama tahun ini.
"Yaitu berhasil mencatat laba bersih sebesar Rp 1,03 triliun. Angka ini merupakan pencapaian tertinggi selama 10 tahun terakhir," katanya dalam keterangan resmi, Selasa (6/8).
Baca Juga: Cara Buat Paspor 2024 Online & Bayar, Untuk Umrah & Jalan-Jalan Ke Luar Negeri
Dian bilang capaian kinerja semester pertama 2024 tidak terlepas dari upaya manajemen EXCL dalam mengoptimalkan penggunaan biaya operasional alias operational expenditure (opex), termasuk menekan beban.
Misalnya, pos beban penjualan dan pemasaran turun dari Rp 4,47 triliun di semester I-2023 menjadi Rp 4,4 triliun. Dian bilang penurunan ini didorong oleh meningkatnya penggunaan aplikasi MyXL dan AXISnet.
Per Juni 2024, pelanggan aktif aplikasi MyXL dan AXISnet mencapai 32,1 juta atau meningkat sebesar 5,1% YoY. Sementara, Monthly Active User (MAU) mencapai 110% sejak Desember 2021.
Namun salah satu beban biaya operasional terbesar dan terus meningkat adalah regulatory cost. Dian berharap pemerintah bisa mengucurkan insentif agar bisa mendorong industri telekomunikasi.
"Sehingga bisa melakukan pembangunan dan penggelaran jaringan secara lebih luas dan memberikan kualitas layanan yang lebih baik kepada pelanggan," jelas Dian.
Baca Juga: Aturan & Larangan Memasang Bendera Merah Putih, Ketahui Sebelum Dipasang Untuk HUT RI
Rekomendasi saham blue chip EXCL
Laporan kinerja XL yang moncer mendorong harga saham EXCL. Pada perdagangan Selasa 6 Agustus 2024, harga saham EXCL ditutup di level 2.190, naik 110 poin atau 5,29% dibandingkan sehari sebelumnya.
Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo, Maximilianus Nico Demus merekomendasikan Buy saham EXCL dengan target harga Rp 2.900 per saham.
“Apalagi tren kenaikan penetrasi tersebut diperkirakan masih akan berlanjut, mengingat tingkat penetrasi internet di Indonesia masih terbilang rendah dibandingkan dengan negara Asia lainnya,” kata Nico kepada Kontan.co.id, Sabtu (3/8).
Oleh sebab itu, Nico mengatakan secara prospek, emiten telekomunikasi masih tumbuh positif, baik dalam jangka pendek, menengah maupun panjang. Ditambah, sampai dengan saat ini perkembangan ekosistem digital di Indonesia masih berkembang.
Namun, dia menegaskan bahwa perlu diingat, ekosistem digital tidak akan ada artinya jika tidak didukung dengan infrastruktur yang dibangun. Apalagi seperti di luar daerah yang masih banyak merasakan susah sinyal.
Baca Juga: Starlink Bisa Jadi Tantangan, Begini Rekomendasi Saham Emiten Telekomunikasi
“Sehingga hal ini akan menjadi PR besar, sekaligus peluang bagi industri telekomunikasi,” ujarnya.
Selain itu, Nico mengatakan, adanya pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur, juga dapat menjadi sentimen positif untuk meningkatkan kinerja industri telekomunikasi.
Terlebih, menurut dia, adanya rencana merger yang akan dilakukan oleh PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) akan menjadi katalis positif bagi industri telekomunikasi di Indonesia. Pasalnya, merger ini diprediksi mampu menciptakan pemain telekomunikasi terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar yang lebih besar.
“Salah satu poin yang positif karena kalau kita bicara tentang merger dan akuisisi, artinya kita bicara tentang penetrasi sumber daya, baik manusia, teknologi dan pasar,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News