Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Di tengah penurunan harga minyak dunia, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) berhasil membukukan kenaikan laba bersih tiga kali lipat menjadi US$ 172,3 juta pada tahun 2014. Hal ini karena INCO berhasil menyelesaikan renegosiasi kontrak karya dengan pemerintah.
"Karena ada renegosiasi, kami bisa merestrukturisaisi biaya produksi dengan efektif. Jadi tidak terlalu terpengaruh harga minyak dunia," jelas Nico Kanter dalam keterangan resmi, Kamis (26/2).
Ia menjelaskan, produksi nikel dalam matte INCO di tahun lalu naik 4% dibandingkan tahun sebelumnya. Nico mengklaim, volume produksi tahunan INCO di 2014 merupakan tertinggi dalam sejarah. Pasalnya INCO sudah menurunkan beban pokok pendapatan per unit sehingga membukukan harga realisasi yang lebih baik.
Volume produksi INCO bisa meningkat karena tersedianya tenaga listrik yang lebih tinggi. Tenaga listrik itu berasal dari fasilitas pembangkit listrik tenaga air dan pengoperasian tanur listrik. Secara triwulanan, produksi nikel dalam matte di Kuartal IV-2014 naik 7% dibandingkan produksi di Kuartal III-2014 menjadi 78.726 metrik ton.
Pendapatan INCO naik 13% dari US$ 921,6 juta pada tahun 2013 menjadi US$ 1,03 miliar pad tahun 2014. hal ini karena volume penjualan INCO naik 3% menjadi 79.477 metrik ton sepanjang tahun 2014. Harga rata-rata nikel INCO pun naik 9% menjadi US$ 13.061 per metrik ton.
Apalagi, INCO terbantu dari menurunnya beban pokok pendapatan perseroan tahun 2014 turun 6% dibandingkan tahun 2013. Nah, tahun ini, INCO berencana untuk memaksimalkan kapasitas dan bakal memproduksi sekitar 80.000 metrik ton nikel dalam matte.
INCO juga akan memulai proyek pemurnian (smelter) bijih nikel di tahun ini dengan dana investasi mencapai US$ 4 miliar. Dana sebesar itu disiapkan untuk ekspansi jangka panjang INCO hingga lima tahun ke depan. Investasi tersebut merupakan komitmen INCO setelah memperoleh perpanjangan kontrak karya dari pemerintah hingga 2045.
Rinciannya, sebesar US$ 2 miliar bakal digunakan untuk investasi smelter di di Bahadopi, Sulawesi Tenggara, dan Sorowako, Sulawesi Selatan. Dan US$ 2 miliar untuk proyek smelter greenfield di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Saat ini, INCO tengah dalam tahap kajian dan uji coba proyek Bahadopi dan Sorowako. Tahap uji coba itu membutuhkan waktu hingga satu tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News