kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   0,00   0,00%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Laba Bersih Essa Industries (ESSA) Ambles 75% Jadi US$ 34,61 Juta di 2023


Senin, 05 Februari 2024 / 11:55 WIB
Laba Bersih Essa Industries (ESSA) Ambles 75% Jadi US$ 34,61 Juta di 2023
ILUSTRASI. Laba bersih Essa Industries Indonesia (ESSA) turun sepanjang tahun 2023


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Essa Industries Indonesia Tbk (ESSA) mengalami penurunan kinerja keuangan sepanjang tahun 2023. Emiten yang bergerak di sektor energi dan kimia melalui kilang Liquefied Petroleum Gas (LPG) serta pabrik amoniak ini membukukan pendapatan US$ 344,96 juta pada tahun lalu.

Jumlah tersebut ambles 52,84% secara tahunan (year on year/YoY) dibandingkan pendapatan ESSA pada 2022 senilai US$ 731,49 juta.

Merujuk kepada laporan keuangan ESSA, pendapatan emiten yang dulunya bernama PT Surya Esa Perkasa Tbk ini mayoritas bersumber dari penjualan amonia dengan pihak berelasi senilai US$ 299,68 juta.

Penjualan amonia ESSA pada tahun 2023 merosot 56% (YoY) dibandingkan capaian US$ 681,36 juta pada tahun 2022. Selain dari penjualan amonia, pendapatan ESSA tahun lalu juga didapat dari pihak ketiga untuk penjualan elpiji senilai US$ 41,48 juta dan jasa pengolahan sebesar US$ 3,79 juta. 

Sejalan dengan penurunan pendapatan, beban pokok pendapatan ESSA juga terpangkas 38,05% (YoY) menjadi US$ 241,78 juta. Meski begitu, hal tersebut tidak bisa menyelamatkan perolehan laba kotor ESSA yang pada tahun 2023 anjlok 69,76% (YoY) menjadi US$ 103,17 juta, dari sebelumnya US$ 341,16 juta pada 2022.

Baca Juga: Essa Industries (ESSA) Masih Fokus pada Proyek Amonia Biru pada 2024

Setelah dijumlah dengan berbagai pos beban, ESSA mencatatkan laba bersih tahun berjalan sebesar US$ 46,72 juta pada tahun 2023. Merosot 78,84% dibandingkan capaian tahun 2022 yang berjumlah US$ 220,79 juta.

Dari jumlah tersebut, ESSA membukukan laba bersih tahun  berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$ 34,61 juta pada 2023. Mengalami penurunan 75,07% dibandingkan laba bersih ESSA pada 2022 yang kala itu mencapai US$ 138,84 juta.

Corporate Secretary Essa Industries Indonesia, Shinta D.U. Siringoringo mengungkapkan pada tahun 2023 ESSA mencatatkan EBITDA sebesar US$ 123,3 juta, turun 65% secara YoY. Shinta menjelaskan, sejumlah faktor yang menyebabkan penurunan kinerja ESSA tahun lalu.

Shinta bilang, penurunan pendapatan ESSA utamanya disebabkan oleh harga komoditas yang lebih rendah. Kemudian, shutdown dalam rangka pemeliharaan terjadwal pabrik amoniak yang telah dilaksanakan pada kuartal I-2023.

"ESSA terus berkomitmen untuk mencapai keunggulan operasional dan cost discipline," kata Shinta dalam keterangan tertulis kepada Kontan.co.id, Senin (5/2).

Shinta melanjutkan, pada tahun 2023 harga realisasi amoniak ESSA mengalami penurunan 54% (YoY) menjadi rata-rata US$ 412 per metrik ton. Penurunan harga amoniak dimulai pada awal tahun 2023 dan mencapai level terendah pada pertengahan tahun 2023.

"Kemudian menunjukkan tren peningkatan di kuartal IV-2023," imbuh Shinta.

 

ESSA memperkirakan harga amoniak akan tetap berada di level yang stabil serupa dengan harga tahun 2023. Meskipun pada awal tahun 2024 diprediksi akan terjadi tekanan harga yang dipicu isu geopolitik Timur Tengah dan Kawasan Laut Merah.

Shinta juga menyampaikan komitmen ESSA terhadap pelestarian lingkungan dan inovasi melalui studi kelayakan tahap 2 yang sedang berlangsung untuk proyek pengembangan Blue Ammnonia. Langkah ini merupakan pondasi awal dalam membentuk lanskap inisiatif ESSA dalam upaya dekarbonisasi di masa mendatang.

"ESSA akan terus fokus pada manufacturing excellence, pengembangan program keberlanjutan lingkungan dan beradaptasi dengan kebutuhan industri yang terus berkembang," tandas Shinta.

Dalam laporan registrasi pemegang efek yang berakhir pada 31 Desember 2023, penerima manfaat akhir dari kepemilikan saham (ultimate beneficial ownership) ESSA adalah Chander Vinod Laroya dan Garibaldi "Boy" Thohir. Dari sisi pergerakan saham, hingga pukul 11:43 WIB perdagangan Senin (5/2), harga ESSA menguat 6,93% ke posisi Rp 540 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×