Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mencatatkan penurunan laba bersih 96,88% secara tahunan alias year on year (yoy) sepanjang tiga bulan pertama tahun 2025.
Penurunan laba bersih itu diawali dengan penurunan pendapatan usaha ADHI sebesar 36,09% yoy menjadi Rp 1,68 triliun per kuartal I 2025. Sebelumnya, pendapatan ADHI sebesar Rp 2,63 triliun di periode sama tahun lalu.
Secara rinci, pendapatan ADHI ditopang mayoritas oleh segmen teknik dan konstruksi sebesar Rp 1,30 triliun. Lalu, segmen manufaktur Rp 213,03 miliar, segmen properti dan pelayanan Rp 94,71 miliar, serta segmen investasi dan konsesi Rp 67,69 miliar.
Sekretaris Perusahaan ADHI Rozi Sparta mengatakan, penurunan pendapatan dan laba bersih ADHI dipengaruhi oleh turunnya pendapatan joint venture (JV) yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Hal tersebut juga dipengaruhi oleh adanya penurunan perolehan kontrak baru,” ujarnya kepada Kontan, Senin (5/5).
Baca Juga: IHSG Menguat 0,24% ke 6.831, Top Gainers LQ45: MBMA, INKP dan KLBF, Senin (5/5)
Per kuartal I 2025, ADHI juga membukukan nilai kontrak baru Rp 2 triliun per kuartal I 2025. Nilai kontrak ADHI sampai Maret 2025 terdiri dari proyek-proyek gedung, energi & industrial, dan proyek infrastruktur lainnya.
Jika dilihat dari neraca laba rugi dan penghasillan, pos bagian laba ventura bersama mengalami penurunan dari Rp 125,01 miliar per Maret 2024 menjadi Rp 91,67 miliar per Maret 2025.
Alhasil, ADHI mengantongi laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih sebesar Rp 316,59 juta per kuartal I 2025. Laba bersih perseroan turun 96,88% yoy dari Rp 10,15 miliar di periode sama tahun lalu.
Dengan kinerja tersebut, laba per saham dasar ADHI menjadi Rp 0,04 di akhir Maret 2025, turun dari Rp 1,21 pada periode sama tahun lalu.
Rozi memaparkan, untuk meningkatkan pendapatan, diharapkan akan ada perbaikan perolehan kontrak baru dengan adanya pembukaan kembali pos anggaran infrastruktur yang sempat diblokir.
“Selain itu, untuk mengoptimalkan kinerja keuangan, ADHI senantiasa melakukan efisiensi dan optimalisasi struktur biaya operasi,” paparnya.
Terkait merger BUMN Karya, sampai eksekusinya dengan saat ini masih ada pada kewenangan pemegang saham mayoritas. Namun, pada prinsipnya, ADHI mendukung setiap program pemerintah.
Lebih lanjut, ADHI masih melakukan proses kajian internal untuk melakukan divestasi aset di tahun 2025.
“Apabila ada informasi material, ADHI akan menyampaikan keterbukaan informasi kepada otoritas terkait dan masyarakat sesegera mungkin sesuai dengan ketentuan,” ungkap Rozi.
Per 31 Maret 2025, ADHI punya jumlah aset Rp 34,49 triliun. Ini turun dari Rp 35,04 triliun per 31 Desember 2024.
Jumlah liabilitas perseroan sebesar Rp 24,81 triliun di akhir Maret 2025, turun dari Rp 25,36 triliun di akhir Desember 2024. Sementara, jumlah ekuitas tercatat Rp 9,68 triliun di kuartal I 2025, turun dari Rp 9,67 triliun di akhir tahun 2024.
ADHI memiliki kas dan setara kas akhir periode sebesar Rp 1,62 triliun di akhir Maret 2025, turun dari Rp 6,42 triliun di periode sama tahun lalu.
Baca Juga: Pemerintah Kebut Konstruksi Tol Palembang-Betung, Begini Progresnya
Selanjutnya: Apersi Usul Pemerintah Segera Kaji Kenaikan Harga Rumah Subsidi jadi Rp 250 Juta
Menarik Dibaca: Dividen AKR Corporindo (AKRA) Rp 50 per saham, Potensi Yield Hampir 4%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News