Reporter: Namira Daufina, Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Sepertinya libur akhir tahun kali ini kurang nyaman. Bayang-bayang pelemahan nilai tukar rupiah sepertinya di depan mata. Penyebab pertama adalah penurunan cadangan devisa sekitar US$ 500 juta, dari bulan Oktober sebesar US$ 100,71 miliar menjadi US$ 100,24 miliar di November.
Penurunan cadangan devisa lima bulan beruntun ini pula yang langsung menggerus performa rupiah. Kemarin di pasar spot rupiah, melemah 0,20% ke Rp 13.861 per dollar Amerika Serikat (AS). Sejak akhir 2014, rupiah menukik 12,34%.
Trian Fathria, Research and Analyst Divisi Tresuri Bank BNI mengatakan, penurunan cadangan devisa mengikis kekuatan rupiah, meski tak signifikan. Menurutnya, cadangan devisa di atas US$ 100 miliar masih aman.
Namun, cadangan devisa tersebut terendah sejak Januari 2014. Kendati begitu, "Ini masih bisa biayai impor selama tiga bulan. Masih cukup menjaga kepercayaan pelaku pasar,” ujar Trian.
Ia optimistis, Bank Indonesia (BI) akan menjaga cadangan devisa agar tak turun hingga ke bawah US$ 100 miliar seperti tahun 2013.
Dengan amunisi cadangan devisa segitu, Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menilai, pemerintah masih mampu menjaga rupiah jelang rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan memutuskan kenaikan suku bunga AS.
Kedua, di akhir tahun, rupiah juga menghadapi tantangan pelemahan harga minyak dunia, yang memicu dollar AS makin kuat. Ketiga, kebutuhan dollar AS untuk membayar utang pemerintah juga cukup besar.
Demi menambah pasokan dollar, pemerintah dapat menerbitkan global bond. "Pemerintah akan front loading tahun depan. Bisa dipertimbangkan mengeluarkan global bond lebih banyak demi menjaga devisa," ujar Lana.
Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Vidi Yuliansyah melihat, ada potensi BI memangkas suku bunga bulan ini untuk menjaga stabilitas rupiah. “Ini perlu untuk mendongkrak ekonomi sektor riil,” imbuh Vidi.
Jika The Fed menaikkan suku bunga, Vidi memprediksi rupiah bisa menyentuh Rp 14.185–Rp 14.200 di akhir tahun. Boila BI rate turun, rupiah bisa stabil di Rp 13.700–Rp 13.800 per dollar AS.
Sebaliknya Trian dan Lana menilai, pemangkasan BI rate belum mendesak. "Jika The Fed menaikkan suku bunga, paling buruk rupiah Rp 13.900 per dollar AS,” prediksi Trian. Lana memprediksi, kurs rupiah akhir tahun di Rp 13.800 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News