kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kurangi batubara, Indocement (INTP) terus menggenjot penggunaan energi alternatif


Rabu, 17 November 2021 / 19:06 WIB
Kurangi batubara, Indocement (INTP) terus menggenjot penggunaan energi alternatif
ILUSTRASI. Tingkat komposisi bahan bakar alternatif Indocement (INTP) meningkat menjadi 11,8% dari tahun tahun lalu 9,3%.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) terus menggenjot penggunaan bahan bakar alternatif. Selain sejalan dengan visi INTP untuk mengurangi emisi karbon, penggunaan bahan bakar alternatif juga untuk mengurangi ketergantungan dengan batubara.

Direktur Utama Indocement Tunggal Prakarsa Christian Kartawijaya mengatakan, komposisi penggunaan energi alternatif terus meningkat. Tingkat komposisi bahan bakar alternatif per triwulan ketiga tahun ini meningkat menjadi 11,8% dari tahun 2020 yang sebesar 9,3%.

“Tahun 2025 mudah-mudahan komposisinya mencapai 25%,” terang Christian saat kunjungan media secara virtual dengan Kontan.co.id, Rabu (17/11). Energi alternatif yang digunakan berasal dari limbah rumah tangga dan gabah (sekam padi).

Baca Juga: Indocement (INTP) menaruh perhatian pada pemberlakuan DMO batubara

INTP juga masih memiliki proyek refuse derived fuel (RDF) di Nambo, Jawa Barat, yang akan mengurangi pemakaian batubara. Proyek RDF ini rencananya bisa selesai pada 2022.

Adapun  INTP mulai menaikkan harga jualnya sebesar 3%-4% sebagai respon dari naiknya harga batubara. Batubara memegang peranan yang vital bagi industri semen karena menyumbang sekitar 40% dari total biaya produksi. Christian menyebut, salah satu dampak kenaikan harga ini adalah menurunnya pangsa pasar INTP, dari semula 24,8% pada September menjadi 24,3% di Oktober 2021.

Hal ini karena kenaikan harga tidak dilakukan serentak oleh semua pemain semen. Namun, Christian meyakini, lambat laun pemain di industri semen bakal segera menaikkan harga jual mereka.

"Semestinya begitu, mereka ikut (menaikkan harga) sepertinya belakangan di bulan ini, karena industri semen menghadapi hal yang sama (kenaikan harga batubara),” ujar Christian.

Baca Juga: Aturan DMO Batubara Bisa Mengerek Kinerja Indocement Tunggal Prakarsa (INTP)

Asal tahu, untuk meminimalkan dampak negatif kenaikan batubara, pemerintah pun melakukan intervensi. Melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 206.K/HK.02/MEM.B/2021, pemerintah menetapkan harga jual batubara sebesar maksimal US$ 90 per ton untuk industri semen dan pupuk.

Christian mengapresiasi kebijakan domestic market obligation (DMO) untuk industri semen, mengingat  kebutuhan energi memakan biaya yang besar. Hal ini dinilai bisa mengatasi gejolak harga komoditas energi. Namun, dalam praktiknya tidak semudah hitam di atas putih. Banyak supplier batubara yang tidak mau menjual barangnya kepada perusahaan semen, mengingat selisih harga indeks acuan dengan harga DMO yang ditetapkan cukup jauh.

Sebagai gambaran, produsen semen merk Tiga Roda ini kompak membukukan kenaikan pendapatan dan laba bersih per akhir September 2021. INTP membukukan laba bersih senilai Rp 1,21 triliun, naik 8,24% dari laba bersih di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,11 triliun.

Naiknya laba bersih INTP dibarengi dengan kenaikan pendapatannya. Konstituen Indeks Kompas100 ini mengantongi pendapatan senilai Rp 10,61 triliun atau naik 4,5% dari pendapatan per akhir kuartal ketiga 2020 sebesar Rp 10,15 triliun.

Baca Juga: Tren kinerja positif Indocement (INTP) bisa lanjut hingga akhir tahun, asalkan..

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×