Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Suku bunga yang masih tinggi membuat emiten enggan menerbitkan obligasi baru. Ada dua emiten Grup Sinarmas yang batal menerbitkan obligasi. Mereka adalah PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR).
Pada 4 Juli 2012, Bumi Serpong mendapat izin menerbitkan obligasi melalui metode penawaran umum berkelanjutan (PUB) dengan nilai total Rp 3 triliun. Sebelumnya, BSDE menerbitkan obligasi tahap I senilai Rp 1 triliun dan tahap II Rp 1,75 triliun. Sehingga sampai batas penerbitan obligasi di tahun ini, BSDE masih memiliki opsi menerbitkan obligasi Rp 250 miliar.
Tapi kemarin, emiten properti ini mengaku tak akan menggunakan opsi tersebut. "Karena tingkat suku bunga yang cukup tinggi untuk saat ini," ucap Direktur merangkap Sekretaris Perusahaan BSDE, Hermawan Wijaya, melalui pesan singkat kepada KONTAN, Selasa, (24/6).
Hermawan pun mengklaim, pendanaan BSDE untuk ekspansi masih aman. Dia mengaku masih memiliki kas yang cukup. Sampai kuartal I 2014, kas dan setara kas emiten properti ini tampak masih tebal yakni Rp 4,37 triliun.
Tahun ini, BSDE menganggarkan belanja modal Rp 3 triliun. Hingga kuartal I tahun ini, BSDE menyerap seperempat dari anggaran tersebut. "Kuartal I, belanja modal kami telah terpakai Rp 800 miliar," ujar Hermawan.
BSDE berencana membangun infrastruktur, akuisisi lahan serta pengembangan lain. Hermawan mengaku, selain dari kas, perusahaan ini juga akan menerima dana hasil penjualan beberapa proyek. Selain itu, manajemen ini juga masih memiliki dana Rp 1,59 triliun hasil private placement akhir April lalu.
Punya sumber dana lain
Sementara itu, SMAR juga tak akan mengeksekusi rencana penerbitan obligasi. Pada 25 Juni 2012, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan izin SMAR untuk menerbitkan obligasi dengan metode PUB Rp 3 triliun. SMAR kala itu, baru merilis PUB tahap I Rp 1 triliun.
Ini artinya, SMAR masih memiliki opsi penerbitan obligasi Rp 2 triliun sampai tahun ini. SMAR beralasan, telah memiliki cukup dana untuk belanja modal dan modal kerja telah dapat terpenuhi dari sumber lain.
Meski begitu, Investor Relation SMAR, Pinta Sari Chandra bilang, sumber pendanaan tersebut dari kas dan pinjaman bank. Di kuartal I tahun ini, kas dan setara kas SMAR hanya Rp 726,96 miliar. Padahal, SMAR menganggarkan belanja modal Rp 1,6 triliun sepanjang 2014. Sejumlah 31% atau Rp 496 miliar akan digunakan untuk perkebunan, 46% atau Rp 736 miliar untuk downstream, dan 23% setara Rp 368 miliar untuk bisnis oleokimia.
Kepala Riset Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya mengatakan, obligasi yang tak diterbitkan ini merupakan langkah strategis yang dua emiten Grup Sinar Mas pilih. Sebab jika memaksa menerbitkan obligasi, maka emiten bisa termakan beban bunga yang memberatkan. Jika tidak memberi bunga yang tinggi, William bilang, obligasi tersebut tidak akan diminati oleh investor.
Selain itu, sejatinya, emiten bisa memilih opsi pendanaan yang lain yang tak terlalu mempengaruhi kinerja ke depan. "Jika memaksa menerbitkan obligasi bisa mengganggu ekspansi ke depan karena terbebani harus bayar bunga tinggi," ujar William. Opsi BSDE yang memilih menerbitkan saham baru tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (non HMETD) lebih bagus. Sebab secara fundamental, BSDE juga sedang tertekan karena bisnis properti sedang menghadapi banyak tekanan.
Saham BSDE turun 0,99% di Rp 1.500 sementara harga saham SMAR naik 2,78% di Rp 6.475, Selasa (24/6).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News