Reporter: Surtan PH Siahaan | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) akhirnya merilis laporan keuangan kuartal I-2013. Emiten perkebunan milik Grup Bakrie ini harus menelan pil pahit karena mencetak rugi bersih senilai Rp 62,97 miliar di kuartal tersebut. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, UNSP itu masih mencatat laba bersih Rp 84,66 miliar.
Pangkal kerugian, berasal dari penjualan UNSP di kuartal I tahun ini yang hanya sebesar Rp 481,30 miliar. Angka ini turun drastis hingga 43,73% dari periode yang sama tahun 2012 yang masih senilai Rp 855,30 miliar.
Meski, beban pokok penjualan UNSP juga turun 36,48% menjadi Rp 335,62 miliar, namun kondisi ini tak mampu menahan penurunan laba kotor UNSP. Tercatat, di kuartal I-2013, laba kotor UNSP turun menjadi Rp 145,68 miliar dari sebelumnya Rp 326,94 miliar.
Beban keuangan UNSP yang tetap tinggi, turut andil menyebabkan kinerjanya terseok. Namun, di kuartal I 2013, beban keuangan UNSP sedikit turun dari Rp 115,72 miliar menjadi Rp 106,47 miliar.
Apesnya lagi, posisi kas dan setara kas UNSP tak mencukupi untuk menutup kewajiban jangka pendek UNSP. Per Maret, kewajiban jangka pendek UNSP mencapai Rp 3,35 triliun. Sementara jumlah dana segar dalam akun kas dan setara kasnya hanya senilai Rp 136,26 miliar.
Penjualan aset
UNSP memang tengah berupaya mengurangi beban utang dengan menjual sejumlah aset. Seperti yang dijelaskan dalam laporan keuangan per Maret 2013, pada Desember 2012 UNSP telah menjual aset di enam anak usaha yang tergabung dalam sub grup Agri International Resources Pte. Ltd. Hingga 31 Maret 2013, keenam entitas tersebut telah menerima pembayaran atas penjualan aset tetap senilai US$ 29,6 juta.
Analis MNC Securities, Reza Nugraha, bilang, penjualan aset itu memang positif untuk mengurangi beban utang di jangka pendek. Namun, dalam jangka panjang, akan membuat pendapatan perusahaan turun. Hal ini sudah terlihat pada turunnya pendapatan di kuartal I-2013.
UNSP juga dirugikan dengan pelemahan harga komoditas di pasar internasional. "Padahal, konsumsi CPO (minyak kelapa sawit) sendiri tidak tumbuh signifikan, hanya naik 7% dibandingkan tahun lalu," terang Reza, kemarin (23/7). Pada penutupan perdagangan, kemarin, harga saham UNSP turun 1,89% menjadi Rp 52 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News