Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor kawakan Indonesia, Lo Kheng Hong, membeberkan strateginya dalam menemukan dan berinvestasi pada perusahaan wondeful company.
Pria kelahiran 1959 ini mengatakan, salah satu aspek penting dalam wonderful company adalah jumlah utang. Menurut Lo, perusahaan mempunyai utang besar tidak masuk dalam kriteria wonderful company.
“Wonderful company adalah perusahaan yang kasnya banyak, utang tidak ada,” kata pria yang dijuluki Warren Buffett Indonesia ini.
Selain itu, untuk mencari perusahaan bagus, investor mesti mencermati tata kelola perusahaan, kapasitas direksi dan komisaris, hingga pemegang saham mayoritas.
Baca Juga: Ini Kiat Sederhana Lo Kheng Hong Temukan Saham Mercy Harga Bajaj
Pria pemilik jargon menjadi kaya sambil tidur ini mengaku paling menyukai saham berbasis komoditas. Namun, bukan emiten berbasis nikel dan emas.
Ini karena saham emiten emas nikel sudah mahal valuasinya. Bahkan, salah satu emiten nikel kenamaan memiliki price to earnings (PER) 20 kali, yang dinilai sudah cukup mahal.
Di satu sisi, perusahaan tambang batubara masih memiliki valuasi yang murah, dengan rata-rata PE hanya 1 kali.
Selain komoditas batubara, Lo menilai saham emiten perbankan juga masuk ke dalam kriteria wonderful company, karena biasanya memiliki laba bersih hingga triliunan rupiah.
“Sebenarnya mencarinya (wonderful company) caranya gampang, lihat saja orang terkaya di Indonesia bergerak di sektor apa?” sambung dia.
Dia mewanti-wanti, investor harus tahu perusahaan apa yang dibeli. Jangan pernah membeli saham tanpa membaca annual report.
Baca Juga: Investor Australia Borong 5 Persen Saham BDKR Lewat IPO, Ritel bisa Ikut Melirik?
Sebab dalam laporan tahunan tersebut investor bisa mengetahui seluk beluk perusahaan, seperti susunan manajemen, laba bersih, earning per share (EPS), kas, hingga modal.
Lo menekankan, jangan sekali-kali mengambil keputusan akibat mendengar rekomendasi teman atau pelaku pompom saham
“Kunci keberhasilan adalah mempelajari dan membaca annual report, agar investor bisa naik kelas,” pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News