kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Krisis Mesir dan Ekonomi Amerika picu kenaikan harga minyak


Minggu, 06 Februari 2011 / 12:51 WIB
Krisis Mesir dan Ekonomi Amerika picu kenaikan harga minyak
ILUSTRASI. FENOMENA - Bom Kim


Reporter: Asep Munazat |

JAKARTA. Pergerakan harga minyak kembali mencuri perhatian dunia, pekan ini. Harga yang sempat teredam di awal pekan, kembali mendaki karena ketegangan di Mesir.

Kontrak minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret 2011 di bursa Nymex mencapai kisaran tertinggi di awal pekan ini (31/1). Nilainya US$ 92,19 per barel.

Organisasi Negara-Negara Eksportir Minyak (OPEC) berupaya meredam rally minyak dengan menjamin keamanan pasokan. Pemerintah Amerika Serikat (AS) seakan ingin menenangkan pasar dengan menyatakan cadangan minyaknya masih berlimpah.

Upaya meredam harga minyak juga dilakukan Badan Energi Internasional alias IEA dengan mempublikasikan cadangan minyak di negara-negara pengguna terbesar seperti AS dan Eropa. Dalam catatan IEA, para konsumen minyak terbesar justru menikmati kenaikan cadangan hingga 6 juta barel di bulan ini.

Setelah tergelincir hingga kisaran US$ 90 per barel, Jumat (4/2), kontrak WTI untuk pengantaran satu bulan mendatang masih punya stamina untuk mendaki. Dalam sesi tengah hari, kontrak tersebut sempat menyentuh kisaran US$ 91,20 per barel.

Herry Setyawan, Analis Indosukses Futures menilai, harga minyak masih berpotensi naik. Kegentingan politik di Mesir yang menjadi pemicu keresahan pasar masih belum menunjukkan tanda-tanda berakhir. Hosni Mubarak yang telah kehilangan popularitasnya, bersikukuh mempertahankan jabatan presiden.

Penyangga harga minyak yang lain adalah kenaikan permintaan karena cuaca ekstrem yang melanda bumi di bagian utara. Tren pelemahan dollar AS juga memicu aksi spekulasi beli.

Pasar optimistis perekonomian AS, pengonsumsi minyak terbesar dunia, akan tumbuh. "Bila ekonomi AS diprediksi tumbuh, pasar melihat bahwa permintaan minyak akan meningkat," ujar Herry.

Data non-farm payrolls yang naik dari 105.000 menjadi 136.000, ikut menyulut ekspektasi positif terhadap ekonomi AS . Data upah pekerja sektor non-agrikultur ini dirilis tadi malam.

Herry memperkirakan, harga minyak pekan depan masih berpeluang menguat dan bergerak di kisaran US$ 85 hingga US$ 95 per barel. Sedang Nizar Hilmi, Analis Askap Futures memprediksi, harga minyak berada di kisaran US$ 88 hingga US$ 93 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×