Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Turki memasuki krisis keuangan. Jumat (10/8), nilai tukar lira Turki terjun bebas hingga 17% ke level terendah sepanjang masa. Sepanjang tahun ini, kurs lira sudah tersungkur hingga 42% terhadap dollar Amerika Serikat (AS).
Efek domino krisis keuangan Turki memicu kecemasan bahwa bakal menular dengan cepat ke pasar keuangan Eropa dan pasar keuangan negara berkembang lainnya. Jumat (10/), efek krisis Turki sudah mulai merembet ke bursa saham dunia. Aksi jual melanda bursa saham global, termasuk di bursa Wall Street.
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 0,77% ke level 25.313,14, indeks S&P 500 melorot 0,71% ke 2.833,28 dan indeks Nasdaq Composite turun 0.67% ke 7.839,11.
Indeks The MSCI All-Country yang merekam indeks saham di 47 negara turun 1,22% pada penutupan perdagangan akhir pekan ini.
Investor beralih dari aset berisiko ke aset safe haven. Tak ayal, sejumlah aset safe haven pun menanjak. Mengutip Reuters, yen Jepang, semisal, mencapai level tertinggi dalam satu bulan yakni menjadi 113,38 per dollar AS.
Sementara indeks dollar, yang mengukur kekuatan mata uang dollar AS terhadap enam mata uang utama dunia, menembus level 96 atau level tertinggi sejak Juli 2017.
Bloomberg melaporkan, banyak investor mengatakan negara dengan nilai produk domestik bruto (PDB) seniali US$ 900 miliar itu sudah menuju tebing krisis. Aksi jual melambangkan mosi tidak percaya atas sistem pemerintahan baru yang memberi wewenang tak tertandingi kepada Presiden Tayyip Erdogan karena telah melumpuhkan birokrasi di negeri tersebut.
"Secara textbook ini adalah krisis mata uang yang berubah menjadi krisis utang dan likuiditas karena kesalahan kebijakan," kata Win Thin, ahli strategi di Brown Brothers Harriman & Co. di New York seperti dilansir Bloomberg.
Investor mengatakan bahwa hanya tindakan ekstrem yang bisa membawa Turki kembali terangkat dari jurang krisis. Opsi yang sebelumnya tabu seperti bailout internasional atau kontrol modal, sekarang mulai dibahas di lingkaran keuangan Turki.
Di sejumlah bank di Turki, permintaan penarikan mata uang asing telah meroket dan masing-masing bank melaporkan bahwa mereka membutuhkan lebih banyak pasokan uang valas dari kantor pusat.
Sabtu ini (11/8), bank-bank di Turki akan mengadakan pertemuan darurat dengan regulator keuangan setelah sistem perbankan mengalami kekacauan lantaran kekurangan pasokan dollar AS.
Regulator keuangan Turki pada Jumat (10/8), sudah meminta bank-bank mempelajari dampak dari bunga dan guncangan nilai tukar lira dan hasilnya akan dibahas pada pertemuan darurat, Sabtu ini. Menurut tiga orang sumber Bloomberg, pertemuan darurat itu juga akan membahas situasi likuiditas di negara tersebut.
Para bankir lain yang enggan disebut identitasnya mengonfirmasi kenaikan permintaan mata uang asing. Permintaan valas melonjak lantaran publik Turki khawatir dengan penerapan kontrol modal untuk mencegah krisis. Pemerintah Turki telah berulang kali menyatakan bahwa mereka tidak akan memaksakan kontrol modal.
Orang-orang Turki memang memegang sebagian besar tabungan mereka dalam mata uang asing sebagai perlindungan terhadap inflasi Turki yang tak terkendali dan karena pelemahan mata uang lira. Menurut data terbaru, sekitar setengah dari deposito di sistem perbankan Turki dalam denominasi dollar AS atau euro.
Krisis mata uang amat rentan bagi Turki. Sebab tumpukan utang luar negeri korporasi Turki terbilang besar. Pinjaman luar negeri perusahan swasta Turki telah setara sekitar 40% output ekonomi tahunan Turki.
Selama setahun terakhir, beberapa konglomerat terbesar dan paling dihormati di negara itu telah meminta restrukturisasi utang miliaran dolar utang luar negeri, dan banyak lagi yang pasti akan mengikuti setelah kurs lira makin terperosok.
Lira makin terjun bebas setelah Bank Sentral Turki tidak segera menaikkan suku bunga lantaran Presiden Erdogan tak mau bunga naik.
Kini para investor percaya bahwa Bank Sentral Turki harus mengesampingkan keinginan Erdogan dan mengumumkan peningkatan signifikan ke patokan suku bunga acuan hingga 17,75% untuk menghentikan lira tak makin jatuh bebas.
"Sepertinya ini kecelakaan total, jadi mereka perlu bertindak sekarang. Lira akan terus jatuh jika mereka tidak menaikkan suku hari ini," tandas Morten Lund, ahli strategi di Nordea Bank AB Kopenhagen.
Senada, Paul Greer, analis Fidelity International di London mengatakan, kenaikan suku bunga agresif oleh bank sentral hingga 1.000 basis poin, akan menjadi "awal yang baik" untuk mengendalikan lira
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News