Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Edy Can
JAKARTA. Calon pembeli saham baru yang diterbitkan tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mulai terkuak. Dalam prospektus yang dirilis Rabu (23/6), BUMI menyebut empat krediturnya sebagai calon pembeli saham baru tersebut.
Keempat kreditur itu adalah Country Forest Ltd, anak usaha China Investment Corporation (CIC); Raeffeisen Zentralbank Osterreich AG; Credit Suisse; dan JP Morgan Chase Bank, N.A.
Per 31 Maret lalu, CIC merupakan kreditur terbesar BUMI dengan pinjaman senilai US$ 1,9 miliar. Lalu, pinjaman ke Credit Suisse cabang Singapura sebesar US$ 291,37 juta dan utang ke JP Morgan Chase Bank US$ 145,92 juta. Adapun utang BUMI kepada Raeffeisen Zentralbank Osterreich AG senilai US$ 80,14 juta. Di antara keempat utang ini, pinjaman dari Credit Suisse dan JP Morgan akan jatuh tempo tahun ini.
Meski calon pembeli sudah didapat, BUMI belum menentukan kepada siapa saham barunya akan dijual. Sumber KONTAN menyebut, BUMI masih dalam tahap negosiasi dengan para krediturnya itu. Namun, lanjut dia, posisi CIC cukup kuat. Selain sebagai kreditur terbesar, bunga pinjaman dari pemodal China ini sangat tinggi, 19% setahun. Artinya, dengan utang US$ 1,9 miliar, bunga utang yang dibayar BUMI ke CIC mencapai US$ 361 juta setahun
Sayangnya, Dileep Srivasta, Senior Vice President Investor Relations BUMI enggan memberikan penjelasan. Panggilan telepon maupun pesan singkat yang dikirim KONTAN tidak berbalas.
Rencananya, BUMI akan menerbitkan saham baru tanpa HMETD maksimal 1,94 miliar saham atau 10% dari modal disetor di harga Rp 2.366 per saham. Dari aksi ini, BUMI akan meraup dana US$ 495,89 juta. Uang itu akan dipakai untuk membayar utang.
Untuk memuluskan rencana itu, BUMI menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) hari ini.
Sampai kuartal I-2010, nilai utang BUMI ke sejumlah kreditur mencapai US$ 3,5 miliar. Tahun ini, utang BUMI yang jatuh tempo US$ 442,78 juta.
Analis Bhakti Securities, Edwin Sebayang menilai, penerbitan saham baru BUMI jauh dari ekspektasi analis. Pasalnya, analis berharap setelah aksi korporasi itu, debt to equity ratio (DER) BUMI akan bisa menurun. "Meski utangnya berkurang, ternyata DER BUMI masih tetap tinggi," ungkap Edwin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News