Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) optimis bisa mencetak pertumbuhan yang lebih baik tahun ini di tengah maraknya pembangunan infrastruktur dan ditambah dengan strategi bisnis yang dilakukan perseroan. Tahun ini, emiten baja pelat merah ini menargetkan pertumbuhan pendapatan 20%.
Direktur Utama KRAS, Sukardar mengatakan perseroan akan melakukan serangkaian strategi untuk mendongkrak kinerja di tengah lesunya pasar baja global. Peningkatan pendapatan tahun ini dapat dilakukan melalui kerjasama pengoperasian dan pembangunan pelabuhan dengan Pelindo II dan optimalisasi penggunaan lahan.
"Kerjasama dan optimalisasi penggunaan lahan tersebut akan menghasilkan tambahan likuiditas US$ 250 juta tahun ini," ungkapnya di Jakarta, Kamis (17/3).
Sementara itu, perseroan juga menargetkan volume penjualan tahun ini meningkat 41% dari Rp 1,9 juta ton per tahun menjadi 2,7 juta ton. Sukardar bilang, seluruh anak usaha perseroan akan mencatatkan kinerja positif tahun ini. Hanya saja, bisnis induk dan entitas asosiasi masih akan tertekan.
Sementara Direktur Keuangan KRAS, Anggiasari Hindratmo mengatakan, melorotnya kinerja perseroan tahun lalu sebagian besar diakibatkan oleh kerugian yang didapat dari entitas asosiasi yakni Krakatau Posco. Padahal, porsi KRAS dalam entitas tersebut hanya 30%.
Sepanjang tahun 2015 perseroan menanggung kerugian US$ 106 juta dari Krakatau Posko. Sementara jika mengesampingkan kerugian tersebut dan ditambah kergian karena penutupan beberapa pabrik, kata Anggiasari, rugi bersih KRAS tahun lalu hanya US$ 1,25 juta.
Tahun ini, KRAs menargetkan bisa mencatatkan profit US$ 69 juta di luar dari perusahaan entitas dan asosiasi. "Dari strategi yang dilakukan termasuk efisiensi akan membuat kinerja kita tahun ini positif di luar Krakatau Posco," ujarnya.
Angiasari mengatakan, tahun lalu KRAS mampu efisiensi dari operasional sebesar US$ 2 juta. Ke depan, strategi ini juga masih akan terus dilanjutkan perseroan.
Sukandar menambahkan, KRAS akan menyelesaikan pabrik Blast Furnace yang saat ini sudah mencapai 93% dan ditargetkan sudah bisa beroperasi September mendatang. Keberadaan pabrik ini nantinya akan meningkatkan daya saing perseroan karena akan menurunkan biaya produksi slab hingga US$ 60 per ton, terutama dari penghematan energi mencapai 100 megawatt per hari sepanjang tahun.
Strategi mendorong pertumbuhan bisnis ke depan juga akan dilakukan dengan menurunkan tarif listrik melalui pengembangan Coal Fired Boiler 2 x 80 MW. Proyek ini sedang dalam tahap persiapan dan direncanakan selesai awal tahun 2019. Sukandar bilang, setelah ini rampung maka tarif listrik perseroan akan bisa ditekan di bawah 900/kwh.
Sebagai langkah antisipasi atas peningkatan baja, KRAS juga akan membangun pabrik Hot Strip Mill (HSM) II yang ditargetkan rampung Juni 2016 dan beroperasi tahun 2019. Dari pabrik ini nantinya, kapasitas produksi HRC akan meningkat 1,6 kali dari 2,4 juta ton menjadi 3,9 juta ton per tahun.
Sedangkan dalam rangka menembus pasar baja otomotif, KRAS sedang membangun pabrik galvanizing and annealing processing line melalui anak usaha PT Krakatau Nippon Steel Sumikin berkapasitas 500.000 ton per tahun yang ditargetkan rampung pada kuartal III 2017. Lalu, dibangun juga pabrik baja tulangan dan profil melalui anak usahanya PT Krakatau Osaka Steel berkapasitas 500.000 ton per tahun yang ditargetkan mulai berproduksi di kuartal IV 2016.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News