Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) mencatatkan rugi bersih sebesar US$ 185,22 juta per kuartal III 2024.
Melansir laporan keuangan yang diunggah di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), 31 Oktober 2024 lalu, KRAS mencatatkan penurunan pendapatan dan kerugian yang semakin dalam di sembilan bulan pertama di tahun ini.
Pendapatan KRAS tercatat sebesar US$ 657,2 juta atau setara dengan Rp 10,17 triliun per kuartal III 2024. Pendapatan ini turun 47,95% secara tahunan alias year on year (yoy) dari US$ 1,26 miliar per kuartal III 2024.
Beban pokok pendapatan turun ke US$ 593,23 juta di akhir September 2024, dari sebelumnya US$ 1,15 miliar di akhir September 2023. Laba bruto pun tercatat US$ 64,28 juta atau setara Rp 994,73 miliar, turun 39,8% yoy.
Baca Juga: Krakatau Steel (KRAS) Tunjuk Muhamad Akbar Djohan Jadi Plt Dirut
KRAS pun mencatatkan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias rugi bersih sebesar US$ 185,22 juta per kuartal III 2024. Rugi bersih KRAS periode ini naik dari rugi bersih US$ 61,40 juta per kuartal III tahun lalu.
Dengan perolehan itu, KRAS mencatatkan rugi per saham dasar sebesar US$ 0,0074 per kuartal III tahun ini, dari sebelumnya US$ 0,0025 per periode sama tahun 2023.
Dari sisi posisi keuangan, total aset KRAS per 30 September 2024 tercatat sebesar US$ 2,75 miliar atau setara Rp 42,62 triliun, turun 3,33% dibandingkan posisi akhir tahun 2023 alias year to date (ytd). Ekuitas perseroan turun 34,88% ytd menjadi sebesar US$ 323,51 juta atau setara Rp 5,01 triliun.
Sedangkan total liabilitas naik 3,33% ytd menjadi sebesar US$ 2,43 miliar atau setara dengan Rp 37,61 triliun.
Plt. Direktur Utama Krakatau Steel M. Akbar Djohan mengatakan, KRAS juga memperoleh capaian gross profit sebesar 9,78%. Di sisi biaya usaha terjadi penurunan sebesar 14,6% menjadi sebesar US$ 84,99 juta atau setara Rp 1,32 triliun.
Meskipun begitu, dengan masih belum beroperasinya pabrik HSM#1 yang menjadi sumber pendapatan utama perseroan, kinerja operasional masih membukukan rugi operasi sebesar US$ 22,54 juta atau setara Rp 341,38 miliar.
Demikian juga dengan kinerja non-operasional KRAS yang masih tertekan dengan beban keuangan sebesar US$ 94,40 juta atau setara Rp 1,46 triliun sebagai dampak dari masih tingginya utang restrukturisasi yang harus ditanggung perseroan.
Baca Juga: Mengitip Prospek dan Tantangan Emiten Logam ditengah Lesunya Perekonomian China
Selain itu, kinerja dari entitas asosiasi dan ventura bersama masih memberikan kontribusi rugi sebesar US$ 44,16 juta atau setara Rp 683,35 miliar serta rugi selisih kurs sebesar US$ 22,2 juta atau setara Rp 342,53 miliar.
“Sehingga, secara bottom line sampai dengan kuartal III 2024 ini perseroan masih membukukan rugi periode berjalan sebesar US$ 186,7 juta atau setara dengan Rp 2,89 triliun,” ujar Akbar dalam keterbukaan informasi tanggal 31 Oktober 2024.
Akbar menuturkan, dalam menghadapi tantangan tersebut, KRAS tetap melakukan berbagai inisiatif untuk memperbaiki kinerja. Termasuk, upaya proses recovery pabrik HSM#1 tetap berjalan sesuai target untuk memperbaiki kinerja operasional.
Selain itu, dari sisi non operasional juga sedang diupayakan restrukturisasi utang lanjutan bisa diselesaikan segera pada kuartal IV tahun 2024.
“Sehingga, diharapkan kinerja perseroan tahun 2024 menjadi lebih baik dan keberlangsungan usaha Perseroan dalam jangka panjang tetap terjaga,” paparnya.
Baca Juga: Pemerintah Diminta Lindungi Industri Baja Nasional dari Serbuan Impor dari China
Selain terus menjalankan inisiatif peningkatan kinerja pada tahun 2024, KRAS juga akan turut aktif dalam program pembangunan infrastruktur pemerintahan Presiden RI Prabowo Subianto.
“Ini dalam rangka mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional 8% dengan industri baja sebagai salah satu akselerator utamanya,” kata Akbar.