Reporter: Dityasa H Forddanta, Emir Yanwardhana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pasar saham domestik terkoreksi selama lima hari berturut-turut. Pada transaksi kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali merosot 1,05% ke level 5.320,56. Sejumlah analis menilai, anjloknya IHSG kali ini masih murni karena pergerakan teknikal indeks yang berada dalam momentum profit taking.
Analis MNC Asset Management Liyanto Sudarso bilang, sejatinya tak terlihat ada masalah dari fundamental dalam negeri. Data pertumbuhan produk domestik bruto berada di level 5,18%, atau masih di atas ekspektasi konsensus 5%.
Tapi memang sentimen ini tak mampu mendorong IHSG ke resistance 5.500. "Gagal menembus 5.500, ditambah sepinya sentimen dalam negeri, oleh karena itu ada profit taking," kata dia.
Di sisi lain, indeks saham sudah melaju kencang sejak pasca libur Lebaran beberapa waktu lalu. Kendati tertekan, indeks masih memiliki ruang menyentuh level 6.000 hingga akhir tahun nanti. Hal itu tercapai asalkan inflasi dan kurs rupiah masih terkendali.
Satu poin lain yang tak kalah penting adalah efektif atau tidaknya dana repatriasi yang masuk dari program tax amnesty. "Realisasinya masih minim, baru 0,3% dari target Rp 165 triliun," ungkap Liyanto.
Parningotan Julio, Head of Research Millenium Danatama Sekuritas sependapat. Pertama, anjloknya indeks memang karena sudah menguat cukup tinggi. Di sisi lain, tren bearish pada Agustus mulai terlihat.
Secara historis, kinerja IHSG sepanjang Agustus kurang bagus. "Sejak tahun 1998 hingga 2015, indeks hanya lima kali di area positif di bulan Agustus, dan tiga di antaranya di bawah 1%," tutur Parningotan.
Faktor teknikal
Arah indeks kini ditentukan keberhasilan program tax amnesty. Jika program ini berhasil, lalu penyerapan anggaran belanja pemerintah bagus, pertumbuhan ekonomi positif, inflasi stabil dan kinerja emiten lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya akan membuka peluang IHSG menyentuh 5.550-5.650 hingga akhir tahun 2016.
Sejauh ini, fluktuasi indeks juga masih terlihat normal. Jadi, apa yang terjadi kemarin bisa dibilang murni faktor teknis sejak indeks saham terus membumbung tinggi.
"Soalnya, jika ada sesuatu yang signifikan di pasar, investor asing sudah kabur duluan," ujar Krishna Setiawan, Analis Lautandhana Securindo.
Sejauh ini, investor asing masih ramai-ramai net buy. Asing kemarin mencatatkan net buy Rp 353,99 miliar. Sementara frekuensi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia mencapai 270.641 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 6,7 miliar saham senilai Rp 6,51 triliun.
Dari pasar regional, indeks Hang Seng menguat 0,73% ke level 22.932,51, indeks Nikkei menyusut 0,30% menjadi 16.869,56, serta indeks Straits Times melemah 0,13% ke posisi 2.863,67.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News