Reporter: Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Stok yang tinggi berhasil meredam katalis positif dari cuaca yang mendukung kenaikan harga gas alam.
Mengutip Bloomberg, Selasa (14/6) pukul 15.56 WIB harga gas alam kontrak pengiriman Juli 2016 di New York Mercantile Exchange terkikis 0,31% ke level US$ 2,57 per mmbtu dibanding hari sebelumnya. Hanya saja dalam sepekan terakhir harga sudah terangkat 4,04% .
Andri Hardianto, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures menuturkan laju harga gas alam sedikit tersandung oleh data stok yang masih tinggi. Cadangan gas alam Amerika Serikat tercatat tumbuh sekitar 20% sejak akhir Maret 2016 lalu. Angka tersebut cukup tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan cadangan periode 2011 – 2015 yang hanya sekitar 43%.
Pasalnya dari laporan Energy Information Administration (EIA) stok gas alam AS menyentuh total 2,97 triliun kaki kubik hingga 3 Juni 2016 lalu. Kelebihan pasokan ini lebih tinggi 32% di atas rata-rata cadangan lima tahun. Walau angka ini merupakan kelebihan terendah sejak Februari 2016 lalu.
“Faktor cadangan yang tinggi jelas membuat laju harga cenderung moderat apalagi tekanan juga datang dari koreksi harga minyak mentah dunia,” tutur Andri. Imbas dari penurunan harga minyak mentah memang biasanya ikut menyeret serta harga gas alam dalam penurunan seirama.
Dari laporan terbaru yang dirilis EIA pun produksi gas alam dari Marcellus shale AS Juni 2016 ini direvisi prediksinya naik dari 17,29 miliar kaki kubik per hari menjadi 17,45 miliar kaki kubik per hari.
Produksi dari tujuh kilang gas alam AS diprediksi turun sekitar 476 juta kaki kubik menjadi 45,75 miliar kaki kubik per hari pada Juni 2016 ini. Laporan ini mencakup kilang minyak di Bakken, Eagle Ford, Haynesville, Marcellus, Niobrara, Permian dan Utica.
“Tapi Rabu (16/6) kans harga gas alam naik lagi tetap ada,” duga Andri. Sebab meski sedang terhimpit faktor pasokan, prediksi cuaca yang menyelimuti AS bisa jadi katalis pendongkrak permintaan yang positif bagi harga.
MDA Weather Services melaporkan prediksi cuaca di eastern AS sepanjang dua pekan ke depan akan lebih hangat dari biasanya. “Hal itu tentunya bisa mengangkat harga akibat permintaan gas alam untuk pendingin ruangan meningkat,” ujar Andri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News