Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga emas kembali menguat dalam lima hari berturut-turut. Koreksi dollar Amerika Serikat (AS) menjadi penopang kenaikan harga. Tapi analis memperkirakan, dalam jangka menengah dan panjang, harga si kuning masih berpotensi melemah.
Data Bloomberg memperlihatkan, Kamis (15/1) pukul 18.15 WIB, harga emas kontrak pengiriman Februari 2015 di Commodity Exchange naik 0,96% dibandingkan hari sebelumnya ke US$ 1.246,40 per ons troi.
Sepekan terakhir, emas mencatat penguatan 3,13%. Harga emas mendekati level tertinggi tiga bulan karena dollar AS melemah menyusul kebijakan terbaru Swiss National Bank (SNB). Indeks Bloomberg Dollar Spot turun 0,4% dan mata uang Swiss Franc melonjak ke rekor tertinggi terhadap euro. Ini terjadi setelah SNB mengakhiri kebijakan tiga tahun untuk melindungi ekonomi dari krisis utang kawasan Euro.
SNB juga menurunkan suku bunga menjadi minus 0,75% dari sebelumnya minus 0,25%. Siang kemarin, sebenarnya harga emas sempat melemah tipis di US$ 1.228 per ons troi.
Zulfirman Basir, Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, menilai, harga emas bergerak sideways. Salah satunya didorong oleh pulihnya bursa Asia sehingga mengurangi daya tarik pelaku pasar terhadap si kuning berkilau.
Harga emas terbebani oleh pelemahan harga minyak. Sedangkan dollar AS masih terlampau perkasa. Walaupun indeks USD sedikit menurun pasca prediksi data ekonomi dan inflasi AS yang buruk. Maklum, angka producer price index AS diperkirakan minus 0,3% atau lebih rendah dari bulan November 2014 yang minus 0,2%. Selain itu, jumlah pengangguran mingguan juga diprediksi bertambah menjadi 299.000 dari pekan sebelumnya di 294.000.
Bergerak konsolidasi
Laporan HSBC Securities (USA) Inc memperkirakan, permintaan emas akan naik 15% menjadi 4.127 metrik ton di 2015 ini. Namun, Zulfirman melihat, kenaikan permintaan hanya terjadi di pasar emas fisik. Kenaikan permintaan juga terjadi jika harga emas masuk kategori murah. Sedangkan, jika dibandingkan akhir tahun lalu dengan harga di bawah US$ 1.200 per ons troi, saat ini harga emas belum terbilang murah.
Menurut Nanang Wahyudin, Analis SoeGee Futures, harga emas di jangka menengah dan panjang masih terlihat loyo. UBS Group AG misalnya, memangkas target prediksi harga emas di tahun 2015 dari US$ 1.200 menjadi US$ 1.190 per ons troi. “Pemicu terbesar tetap berasal dari The Fed dengan kemungkinan kenaikan suku bunga,” kata Nanang.
Tapi, penurunan harga masih terjaga oleh angka penjualan ritel AS Desember 2014 yang ambruk hingga turun 0,9% jauh, dibandingkan prediksi, yakni tumbuh 0,2% atau dari bulan November yang naik sebesar 0,4%.
Secara teknikal, Nanang bilang indikator candlestick menunjukkan pola shooting star dengan indikasi bahwa dorongan beli berkurang. Penurunan masih terbuka apalagi jika harga ditutup di bawah level US$ 1.215. Harga bergerak di atas moving average (MA) 13, 26 dan 100 hari. Stochastic di level 73,3 dengan arah turun. Sedangkan relative strength index (RSI) cenderung stabil di level 58.
Nanang menebak, harga emas hari ini bergerak konsolidasi dengan support US$ 1.203 sampai US$ 1.218 dan resistance US$ 1.250- US$ 1.265 per ons troi. Di pekan ini, harga di sekitar US$ 1.250. Sedangkan prediksi Zulfirman, harga emas bakal menipis di kisaran US$ 1.210-US$ 1.250 per ons troi sepekan mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News