CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.482.000   -35.000   -2,31%
  • USD/IDR 15.800   -121,00   -0,77%
  • IDX 7.322   55,53   0,76%
  • KOMPAS100 1.120   5,81   0,52%
  • LQ45 885   5,41   0,62%
  • ISSI 222   1,93   0,88%
  • IDX30 453   1,57   0,35%
  • IDXHIDIV20 545   1,27   0,23%
  • IDX80 128   0,70   0,54%
  • IDXV30 137   1,60   1,18%
  • IDXQ30 151   0,42   0,28%

Kontrak Minyak dan Emas di ICDX Melonjak Imbas Perang Rusia - Ukraina


Selasa, 01 Maret 2022 / 17:05 WIB
Kontrak Minyak dan Emas di ICDX Melonjak Imbas Perang Rusia - Ukraina
ILUSTRASI. A security guard places several one kilo gold bars inside a secured vault in Dubai April 20, 2006. Kontrak Minyak dan Emas di ICDX Melonjak Imbas Perang Rusia - Ukraina


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina memberikan sentimen positif terhadap beberapa komoditas, di antaranya adalah minyak mentah, serta emas. 

Harga minyak mentah dari ladang-ladang minyak di Amerika Serikat (WTI) sepanjang bulan Februari menguat hampir 9%, di mana pada awal Februari harga minyak masih berada pada level US$ 88,20/barel melonjak hingga mencapai level US$ 95,72/barel pada penutupan bulan Februari, bahkan harga minyak sempat melonjak hingga menyentuh US$100/barel, pertama kali sejak pertengahan 2014.

Lonjakan harga minyak tersebut turut membawa total transaksi kontrak minyak mentah di Bursa Komoditi ICDX naik sebesar 16,98% menjadi 4.415 lot pada bulan Februari. ICDX mencatat, jika dilihat dari periode dimulainya konflik Rusia-Ukraina, total transaksi kontrak minyak mentah melonjak sebesar 165,69% dalam sepekan. 

Baca Juga: Rusia-Ukraina Jalin Komunikasi, Bursa Asia Kompak Menghijau Pada Selasa (1/3)

“Dari konflik antara Rusia dan Ukraina, pasar terlihat mewaspadai dampak pada sektor energi, karena dikhawatirkan akan terjadi gangguan pasokan gas dan minyak ke wilayah Eropa yang masuk melalui wilayah perbatasan, yakni Ukraina,” kata CEO ICDX Lamon Rutten dalam keterangan tertulis, Selasa (1/3).

Akibat dari serangan yang dilakukan, Rusia mendapatkan sanksi dari negara-negara barat. Amerika Serikat (AS) membatasi transaksi Rusia dalam Dolar, Euro, Pound Sterling, dan Yen. Lima perbankan Rusia juga tidak luput, termasuk bank milik negara, yaitu Sberbank dan VTB. Sberbank, tidak akan dapat melakukan transfer uang tanpa ada bantuan dari Bank AS.

Sanksi yang diberikan berlanjut hingga sektor ekspor termasuk barang-barang elektronik, komputer hingga barang-barang semikonduktor, dan suku cadang pesawat terbang.

Baca Juga: Perusahaan Jepang Mulai Bersaing Menawarkan Remunerasi bagi Tenaga Kerja Ahli

Lamon meyakini, krisis Rusia-Ukraina menunjukkan bahwa siapa pun yang berinvestasi di pasar sekuritas juga harus berinvestasi di pasar komoditas. Dalam masa krisis seperti ini, pasar sekuritas mengalami tren penurunan tetapi pasar komoditas naik.

Menurutnya, dengan berinvestasi dalam pasar komoditas, dapat menjadi pengelolaan risiko dari penurunan dalam portofolio sekuritas investor. 


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×