Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Edy Can
JAKARTA. Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) siap meluncurkan lagi produk pasar fisik berjangka. Kali ini, BBJ akan menggulirkan kontrak fisik kopi dan kakao. Jika tak ada aral melintang, kontrak kedua komoditas itu akan dimulai pada Mei 2010.
Kontrak fisik kopi meliputi pasar fisik terorganisir kopi Robusta, yakni robusta asalan dan robusta kualitas siap ekspor. Kopi robusta siap ekspor pun punya dua kontrak, yaitu grade 4 dengan maksimum 80 defect (kecacatan) dan grade 6 maksimum 225 defect. Kemudian, kontrak kopi arabika (kopi arabika asalan dan kopi arabika siap ekspor), juga meliputi grade 1 dan grade 2.
Adapun kontrak fisik kakao meliputi kontrak biji coklat asalan dan biji coklat ekspor. Satu lot kontrak kopi dan kakao masing-masing sebanyak 5 ton. "Saat ini kami sedang membahas peraturan tata tertib untuk kontrak fisik ini dengan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti)," kata Direktur BBJ, Edi Susmadi, dua hari (12/4) lalu.
Aturan tata tertib ini meliputi peraturan perdagangan, jadwal perdagangan, jaminan, dan besaran kontrak. Pada pekan depan, BBJ akan bertemu Bappebti untuk membahas lagi peraturan tersebut. "Mudah-mudahan akhir April ini selesai," kata Edi.
Demi melancarkan rencana ini, BBJ telah berdiskusi dengan eksportir, pedagang, dan pihak terkait lainnya. Kehadiran kontrak fisik kopi dan kakao semakin melengkapi produk fisik BBJ. Sebelumnya, mereka telah meluncurkan kontrak fisik minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) pada Juni 2009.
Nantinya kontrak kopi dan kakao juga akan memakai sistem perdagangan seperti halnya kontrak pasar fisik CPO. BBJ baru punya satu produk fisik, yaitu CPO dengan ukuran satu lot sebanyak 500 ton CPO.
Meski sudah meluncur hampir setahun, pasar fisik CPO masih sepi. Sepanjang 2009, total volume perdagangan fisik CPO mencapai 29.000 ton atau setara 58 lot saja. Sedangkan sejak Januari 2010 hingga kini, total perdagangan fisik CPO mencapai 7.500 ton setara 15 lot. "Sekarang ini pasar fisik melambat karena harga CPO fluktuatif," imbuh Edi. Di pasar fisik ini, BBJ mengenakan biaya transaksi Rp 1.000 per kilogram.
Demi meramaikan pasar fisik CPO, BBJ akan menggaet lagi perusahaan-perusahaan berbasis CPO. Saat ini ada 12 penjual dan 9 pembeli di pasar fisik CPO. Tapi, hanya 5 penjual dan 4 pembeli yang aktif. Mereka antara lain PTPN III, PTPN IV, dan PTPN V sebagai penjual. Kemudian Pelita Agung Agri Industri, Nagamas Palm Oil Lestari, Wilmar Nabati, dan Musim Mas sebagai pihak pembelinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News