Reporter: Cipta Wahyana, Reuters | Editor: Cipta Wahyana
NEW YORK. Emas semakin kemilau. Di akhir perdagangan di divisi Comex New York Merchantile Exchange Rabu (10/8), harga kontrak berjangka (future) emas untuk pengiriman Desember 2011 melonjak 2,4% atau US$ 43,10 menjadi US$ 1.784,30 per troy ounce (setara 31,1 gram).
Sebelumnya, di tengah hari, harga kontrak emas untuk periode yang sama sempat mengukir rekor baru US$ 1.801 per troy ounce. Hingga penutupan transaksi di Comex semalam, jika kita hitung sejak awal 2011, harga kontrak berjangka emas telah melonjak 26%.
Kenaikan harga emas ini juga diikuti oleh harga minyak mentah. Rabu (10/8), harga kontrak minyak untuk pengiriman menguat 4,5% menjadi US$ 82,89 per barel.
Lonjakan harga emas, minyak, dan komoditas lain itu mengerek indeks Standard & Poor’s GSCI, indikator pergerakan harga 24 jenis komoditas, hingga 2.5% ke angka 630.08 pada pukul 15:47 waktu New York. Ini merupakan lonjakan terbesar sejak 7 Juli lalu.
Jika kita cermati ada beberapa hal yang mengerek harga emas kali ini. Salah satunya adalah pernyataan bank sentral AS (The Fed) yang akan mempertahankan suku bunga di level rendah. Sinyal ini membuat para pemilik dana menghindari simpanan di bank.
Masalahnya, di saat yang sama, bursa saham tengah bergolak. Bahkan semalam, Dow Jones Industrial Average (DJIA) longsor 4,6%. Di tengah kondisi seperti ini, para investor pun semakin bersemangat memborong emas sebagai alternatif investasi dan sekaligus safe haven.
Melihat gejala ini, dalam riset terbarunya yang terbit kemarin, Barclays Capital memprediksi bahwa sampai akhir tahun ini, kinerja emas akan mengalahkan bursa saham. Lonjakan permintaan (baik riil maupun untuk spekulasi) di satu sisi dan keurangan pasokan di sisi yang lain menjadi penyebab utama lonjakan harga emas itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News