Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak awal tahun masih mengakumulasi penurunan 7,07%. Yang menarik, penurunan itu tak sepenuhnya membuat kekayaan para konglomerat Indonesia tergerus. Sebagian besar nilai kekayaan berdasarkan porsi kepemilikan sahamnya bahkan meningkat.
O iya, menyoal orang paling kaya di Indonesia, tak lengkap jika tak membahas Keluarga Hartono (Grup Djarum). Jika dihitung sejak awal tahun hingga akhir pekan kemarin, kekayaannya meningkat 10% menjadi Rp 324,96 triliun.
Kekayaan itu berasal dari kepemilikan saham BBCA. Keluarga Hartono merupakan pemegang saham pengendali salah satu bank swasta nasional terbesar itu.
Wajar kekayaan yang sudah mencapai ratusan triliun itu terus meningkat. Saham BBCA menjadi saham big cap berperforma terbaik. BBCA menjadi mover IHSG sejak awal tahun dengan menyumbang 45,5 poin untuk indeks. Ini terjadi setelah saham BBCA naik 9,6% sejak awal tahun.
Kekayaan bertambah
Saham BBCA memang punya beberapa alasan untuk menjadi primadona pasar. BBCA merupakan bank paling prudent dan cukup konservatif dalam kredit.
Hal itu tecermin dari non performing loan (NPL) yang hanya 1,44%. Return on equity (ROE) atawa imbal hasil terhadap investasi saham BBCA juga cukup menarik, sebesar 18,42%. "Dengan kondisi sekuat itu, wajar valuasi BBCA premium dengan PBV 4,12 kali," jelas Vice President Research Artha Sekuritas Indonesia, Frederik Rasali, Jumat (2/11).
Pasar perbankan sangat luas. Belum semua penduduk Indonesia menggunakan jasa perbankan. Itu artinya, lanjut Frederik, potensi BBCA untuk terus tumbuh masih terbuka lebar.
Bukan hanya Keluarga Hartono yang menikmati potensi pertumbuhan tersebut. Pemilik Grup Indofood, Anthoni Salim pun turut kecipratan pulung.
Berkat kepemilikan 434,07 juta atau setara 1,76% saham BBCA, kekayaanya juga naik 10% menjadi Rp 10,42 triliun. Ini hanya dari BBCA, belum kepemilikan Anthoni Salim di saham emiten lain.
Asal tahu saja, selain Grup Indofood, Keluarga Salim juga memiliki 512,73 juta atau setara 9,09% saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK). Dengan harga saham EMTK Rp 8.850, maka kekayaan Salim mencapai Rp 4,53 triliun.
Namun, tak selamanya kekayaan terus moncer dari kenaikan nilai saham emiten di bursa. Buktinya, kekayaan Garibaldi Thohir dari saham Adaro Energy (ADRO) justru susut 11% menjadi Rp 3,12 triliun. Saat harga dan permintaan batubara naik, kinerja keuangan ADRO justru di bawah ekspektasi pasar. Laba bersih kuartal ketiga tahun ini turun 15% menjadi US$ 312,71 juta.
Andy Wibowo Gunawan, analis Mirae Asset Sekuritas bilang, penurunan itu dipicu oleh beban dari investasi senilai US$ 78 juta untuk tambang Kestrel. "Berita baiknya, beban ini tak lagi muncul di kuartal IV nanti," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News